Sore menjelang jam empat sore pelataran halaman depan Pasar Tradisional Bunulrejo, kota Malang tampak berjajar beragam kuliner yang mengundang selera.Â
Selain ramah di kantong, jajanan yang disajikan tak kalah nikmat dengan makanan ala restoran.
Tampak berjajar pedagang lalapan, mie pangsit dan mie ayam, tahu telor, tahu campur, bakso, nasi goreng, soto ayam dan rawon, dan jajanan ringan seperti kerupuk rakyat, pukis, otak-otak, sempol, martabak, pisang tanduk, batagor, seblak, dimsum, pisang molen, onde-onde, burger, dan masih banyak lagi.
Satu pedagang yang nyaris tak pernah sepi adalah pedagang sate tahu. Selain harganya sangat terjangkau, rasanya pun lezat seperti makan sate lemak daging karena tekstur acinya yang kenyal. Bumbunya pun diracik seperti halnya sate kebanyakan, bumbu kacang yang gurih dan nendang di mulut.
Ketika sate tahu ini dibakar di atas arang, dioles dengan bumbu khas bakaran sate, aromanya tak tertahankan. Gemulai tangan pedagang sate yang mengibaskan kipasnya membuat kepulan asap dan aroma khas sate ini melayang-layang di udara dan singgah di setiap celah pernafasan setiap orang di sekitarnya.
Sebagian orang pasti tak akan mengira aroma lezat ini berasal dari gerobak sate tahu karena tercium laksana sate daging pada umumnya.
Sate Tahu Termasuk Kuliner Nusantara
Siapa tak kenal dengan sate. Sate merupakan menu primadona yang disukai dan pas di lidah masyarakat Indonesia. Rasanya yang khas dengan aroma bakaran menjadikannya menjadi makanan khas yang lezat.
Di Indonesia sendiri terdapat aneka ragam sate dengan beragam varian yang berkembang di sosial masyarakat di berbagai daerah.