"Kereta itu indah .... Bepergian dengan kereta api berarti melihat alam dan manusia, kota dan gereja dan sungai, pada kenyataannya, untuk melihat kehidupan." - Agatha Christie
Jika Agatha Christie menilai kereta itu indah ketika ia menikmati sensasi keindahan alam dari dalam kereta api, kali ini sebaliknya kita menikmati sensasi kereta yang sedang melaju di depan mata kita beberapa jengkal saja jauhnya; tanpa mengendarainya melewati alam, kota, sungai memandang kehidupan.
Akan lebih menarik lagi jika kita duduk beberapa jengkal dari laju kereta sambil duduk santai dan menyeruput kopi. Wah pasti beda rasanya... Bagi sebagian orang terlebih anak-anak muda ini menciptakan sensasi tersendiri.
Seperti dalam artikel tentang tren kafe "pinggir kali" sebelumnya bahwa konsep kafe yang unik, menarik dan estetik bermunculan untuk menyedot perhatian para pecinta kuliner unik. Sebuah kreatifitas yang lahir untuk menyajikan sesuatu yang mempunyai daya tarik tersendiri.
Sama halnya dengan kafe yang sengaja memilih lokasi di pinggir rel kereta api ini mengajak kita untuk menikmati sensasi ngopi, ngemil dan ngobrol sambil memandang kereta yang tengah melaju di depan mata.Â
Ada sensasi getaran dan suara khas yang bisa menjadi candu. Sebuah konsep yang unik, estetik, dan sensasional.
Sensasional seperti apakah?
Di kota Malang kafe-kafe di pinggir rel kereta api ini bermunculan dengan menyajikan menu yang khas dengan view yang estetik.Â
Beberapa kafe bahkan letaknya sangat dekat dengan rel kereta api namun justru memunculkan sensasi yang diburu anak-anak muda dan tentunya para railfans.
Railfans sebutan bagi para pecinta kereta api dan segala hal berbau perkeretaapian takkan melewatkan kesempatan mengunjungi kafe-kafe pinggir rel kereta api ini.
Momen kereta api melewati mereka menjadi momen yang ditunggu-tunggu, bahkan sampai mereka menandai waktu kapan saat yang tepat menikmati kuliner tepat jadwal kereta melewati kafe ini.Â
Pasti terbersit rasa agak ngeri juga jika kita duduk dengan jarak yang hanya sejengkal dari rel, tetapi jujur ini bagi saya sangat seru dan mengasyikkan.
Inilah titik sensasional yang dirasakan oleh penikmat kuliner pinggiran rel, ngeri-ngeri sedap. Menyeruput kudapan dan minuman favorit sambil merasakan getaran dan deru kereta api yang melaju di hadapan kita.
Adaptasi Tren dari Thailand dan Vietnam
Tren kafe pinggir rel kereta api bukan hal baru bagi para railfans, penggemar traveling, dan pecinta kuliner unik. Konsep kafe ini sudah familiar dan menjadi tren di Thailand dan Vietnam.Â
Di Hanoi Vietnam, tepatnya di tempat yang dikenal dengan Train Street, kafe-kafe yang berjajar dan bertebaran di pinggir rel kereta api.
Karena alasan overtourism dan keamanan kafe-kafe di pinggiran rel kereta api ini sempat ditutup karena sebenarnya keberadaannya melanggar beberapa peraturan perkeretaapian.
Letak duduk pengunjung sangat dekat dengan rel kereta api bahkan nyaris tak berjarak ketika si ular besi ini melewati mereka.
Namun dengan berbagai pertimbangan disertai peraturan ketat kafe-kafe ini kembali semarak dan diburu oleh wisatawan.Â
Train Street Hanoi ini berlokasi di dekat kota, kurang lebih 1 kilometer dari area Old Quarter, Hanoi.
Marak di Indonesia
Kini kafe dengan konsep unik, estetik, dan sensasional ini marak di berbagai kota yang identik dengan perkeretaapian di Indonesia, seperti di Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Tegal, Surabaya, Malang dan masih banyak lagi.
Di kota Malang, kafe pinggir rel kereta api yang tak pernah sepi pengunjung adalah Kafe Lima Sebelas atau Lima Sebelas Coffee Eatery. Letaknya tak jauh dari stasiun kota dengan desain yang unik dan estetik.
Menu yang ada di kafe ini tak jauh beda dengan kafe-kafe pada umumnya dan harganya dibanderol mulai 8 ribu rupiah.
Seiring berjalannya waktu tren ini menyasar ke pinggiran rel kereta api dengan konsep yang lebih seru dan sedikit ngeri-ngeri sedap.
Kehadiran Rodjo Kopi, Selak Kopi, Haltercoffee, terbaru Kafe Nyawa dan masih banyak lagi di kota Malang menjadi incaran para pecinta kuliner unik.
Dengan desain vintage kekinian, live musik atau bermain musik mandiri keberadaannya menyemarakkan giat perekonomian kreatif di kota Malang.
Never Say Old
Sebuah semboyan 'Never Say Old' yang terpampang di Kafe Lima Sebelas yang berlokasi di Jalan Trunojoyo 46 kota Malang ini menggugah semangat setiap orang untuk selalu mempunyai semangat muda yang selalu membara dan kreatif menyikapi perkembangan zaman.
Jangan pernah mengatakan tua! keberadaan tren kafe kekinian ini juga perlu dinikmati oleh segala usia. Sebagai momen perjalanan kehidupan dan memaknai setiap jengkal lika likunya.
Peningkatan Perekonomian KreatifÂ
Keberadaan kafe dan usaha kuliner dengan aneka ragam konsep dan kreativitas kekinian ini mempunyai dampak positif meningkatkan perekonomian masyarakat.
Selalu baru dan inovatif ditambah SOP yang baik maka usaha kuliner akan tetap bertahan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa up and down minat dan selera masyarakat juga memengaruhi.
Semoga geliat kreativitas para pengusaha kuliner dengan konsep yang unik, dengan desain yang estetik, dan mengandung sensasi tersendiri dapat semakin menaikkan perekonomian masyarakat.
Tak hanya itu, peran pemerintah daerah juga diperlukan untuk mendukung dan memberi ruang promosi agar keberadaannya semakin dikenal oleh masyarakat lokal, domestik hingga mancanegara.
Yuk gasss... asyik loh ngopi di kafe pinggiran rel kereta api. Happy Sunday! (Yy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H