Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kue Putu, Tersurat dalam Serat Centhini dan Lama Dikenal di Negeri Tirai Bambu

30 November 2023   15:42 Diperbarui: 4 Desember 2023   14:15 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kudapan yang pas dikala hujan | dok. pribadi 2023

Menghabiskan sore hari sambil menikmati kudapan hangat merupakan suatu yang mengasyikkan, apalagi jika seluruh anggota keluarga berkumpul. Sembari menikmati kudapan, komunikasi hangat pasti akan mengalir, dan ini sungguh hal yang sangat indah dikenang dan dirindukan ketika kita mulai dewasa dan menua.

Selain rindu akan kehangatan keluarga yang terjalin ketika ngobrol sore, kudapan yang walaupun sederhana menjadi satu hal yang sangat dirindu. Kudapan yang biasa disiapkan para bunda merupakan kudapan tradisional yang mudah diolah dan nikmat rasanya.

Masih lekat di ingatan penulis, ketika menghabiskan sore dengan menikmati kudapan yang disiapkan bunda yang selalu nikmat seperti pisang goreng wijen, jemblem, gethuk lindri, ote-ote, lemet, rondho royal, donat bedak ataupun hanya pala pendhem (makanan tradisional yang terbuat dari tanaman yang ditanam atau dipendhem (Bahasa Jawa) di tanah yang direbus.

Jika tak sempat mengolah, bunda selalu berusaha membeli kue putu, cenil, tiwul, horog-horog, gatot, gronthol atau bledhus, dan masih banyak lagi. Itu semua selalu menjadi hal yang sangat berkesan lalu kemudian kutiru dan kubuat untuk keluarga.

Kue Puthu

Salah satu kudapan tradisional yang nikmat, legit dan ingin selalu memakannya lagi adalah kue putu atau puthu, yang tak asing di lidah orang Jawa. Tak hanya rasanya, namun proses mengolahnya dan pedagangnya juga menjadi sesuatu yang istimewa.

Kudapan yang pas dikala hujan | dok. pribadi 2023
Kudapan yang pas dikala hujan | dok. pribadi 2023

Disebut dengan putu, merupakan kata serapan dari bahasa Jawa puthu yang berasal dari bahasa Jawa Kuno puthon yang artinya bundar yang merujuk pada bentuk selongsong atau rongga bambu sebagai cetakannya.

Kue yang terbuat dari tepung beras dan kelapa yang dikukus menggunakan selongsong bambu bersisi gula aren ini mempunyai tekstur yang lembut dan ketika dimakan gula aren yang mencair, membuatnya terasa lumer di lidah. Gurih bercampur manis. Parutan kelapa yang menjadi pelengkapnya membuatnya semakin gurih dan beraroma.

Suara yang ditimbulkan dari rongga kukusan puthu menjadi ciri khas tersendiri. Suara melengking disertai uap menjadikan penjual puthu ini sering ditunggu. Meskipun sudah langka, pedagang puthu ini biasanya menjual dagangannya dengan dipikul, di gerobak atau dibawa dengan sepeda onthel.

Identik dengan gerobak, sepeda onthel dan pikulan | dok. pribadi 2023
Identik dengan gerobak, sepeda onthel dan pikulan | dok. pribadi 2023

Seiring perkembangannya, kini banyak penjual puthu yang tidak berkeliling dengan dipikul atau dengan sepeda onthel membuat suara siulan yang melengking dari kukusan puthu tak lagi terdengar. Apalagi di era digital, pembeli lebih banyak meggunakan jasa pengiriman online untuk mendapatkan kue puthu ini.

Berasal dari Negeri Tirai Bambu

Dilansir dari detikfood.com, berdasarkan catatan Sejarah kue Putu dapat ditemukan di "China Silk Museum" di Hangzhou, China. Resep pertama kue ini diketahui sudah dibuat sejak masa Dinasti Ming yang berjaya pada tahun 1368-1644 (abad ke-13).

Di negara Tirai Bambu kue ini dikenal dengan xiao roe xiao long yang berarti kue dari tepung beras yang diisi kacang hijau. Dimasak dengan cetakan bambu kemudian dikukus hingga matang. Kue ini menjadi kudapan kesukaan kaisar kerajaan China.

Proses mengukus kue putu atau puthu | Ilustrasi | Foto : sc Instagram Puthu Lanang Malang
Proses mengukus kue putu atau puthu | Ilustrasi | Foto : sc Instagram Puthu Lanang Malang

Berdasarkan dari bukti-bukti sejarah yang ada, kue puthu datang ke bumi Nusantara bersama para imigran yang datang ke Nusantara di abad pertengahan. Pada masa itu Kerajaan Majapahit yang tengah mundur, kedatangan orang-orang dari negeri China untuk menetap dan berdagang, salah satunya adalah Laksamana Cheng Ho yang terkenal beserta anak buahnya yang singgah untuk beberapa waktu di bumi Nusantara.

Keberadaan kue puthu merupakan salah satu bentuk akulturasi budaya dalam hal kuliner tradisional. Seiring dengan akulturasi dengan budaya masyarakat, kue dari negeri China ini  diserap dan dimodifikasi. Jika di negeri China kue puthu atau disebut dengan xiao roe xiao long  ini berisi kacang hijau, maka masyarakat nusantara mengisinya dengan gula aren atau gula merah karena gula aren mudah didapat dan melimpah.

Tersurat dalam Serat Centhini

Keberadaan jajanan tradisional nusantara, khususnya Jawa tersurat dalam Serat Centhini, naskah yang ditulis ketika masa Kerajaan Mataram (1814) yang menurut penelitian ditemukan 24 jenis makanan tradisional yang hingga saat ini masih dijumpai di pasar-pasar tradisional Jawa Tengah dan Jawa Timur. [staffnew.uny.ac.id – Endang Nurhayati, dkk].

Serat  Centhini  mulai  ditulis  pada  hari  Sabtu  Paing  tanggal  26 Muharam Tahun Je Mangsa VII 1742 AJ dengan sengkalan Paksi Suci Sabda Aji atau bulan Januari 1814 Masehi, dan selesai ditulis pada tahun 1823. Penulisan  serat  ini  atas  perintah  putera  mahkota  Kerajaan  Surakarta yaitu Adipati Anom Amangkunagara III yang kemudian menjadi raja Kasunanan Surakarta dan bergelar Sunan Pakubuwana V yang bertahta pada tahun 1820-1823. Selain sebagai pemrakarsa beliau juga sebagai ketua tim penulisan Serat Centhini tersebut. [kebudayaan.kemendikbud.com]

Naskah Serat Centhini | Foto : kebudyaan.kemendikbud.com
Naskah Serat Centhini | Foto : kebudyaan.kemendikbud.com

Salah satu dari 24 kue tersebut adalah puthu yang tertulis dalam kisah yang yang menyebutkan jajanan tradisional Jawa bernama puthu pada tahun 1630 di Desa Wanamarta, Probolinggo, Jawa Timur.

Terdapat dua kisah tentang puthu dalam Serat Centhini yang menyebutkan kue puthu. Satu kisah menceritakan ketika Ki Bayi Panurta yang meminta muridnya menyediakan hidangan pagi. Hidangan yang disajikan ada beberapa termasuk serabi dan puthu sebagai makanan pelengkapnya.

Dalam Serat Centhini tersurat ketika mengisahkan peristiwa berbeda ketika Nyai Daya dan Nyai Sumbaling sedang menyiapkan hidangan setelah sholat subuh. Hidangan yang disajikan cukup banyak selain puthu yaitu gemblong, ulen-ulen, lempeng, serabi, jenang grendhul, pisang raja dan wedang bubuk. [Indotnesia.com]

Jajanan Tradisional yang Melegenda

Jajanan tradisional termasuk puthu merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan, spesifik dan mempunyai keaneka ragaman jenis menggambarkan suatu kekhasan dan potensi alam daerah masing-masing.

Kue tradisional putu ini banyak terdapat di pasar-pasar tradisional di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selain puthu banyak jajanan tradisional yang beberapa berbeda namanya, sesuai dengan daerah masing-masing. Sebagai contoh  seperti jagung yang direndam dengan air kapur sirih atau enjet (Bahasa Jawa) lalu ditiriskan dan dikukus dengan menggunakan subluk’an (dandang subluk). Ada daerah yang menyebut olahan jagung ini dengan grontol sedangkan di daerah lain disebut blendhung, bledhus, atau blendhuk.

Kue putu atau puthu bambu | Ilustrasi | Foto : dreamstime.com
Kue putu atau puthu bambu | Ilustrasi | Foto : dreamstime.com

Puthu merupakan jajanan tradisional yang melegenda. Rasanya lezat dan merupakan kudapan yang menjadi favorit Masyarakat. Bahkan baru-baru ini, 16 November 2023, kue puthu masuk dalam 100 Most Popular Cakes in the World dan 100 Best Rated Cakes in the World yang dibuat oleh Taste Atlas.

 Disebutkan bahwa Kue putu berada di peringkat 86 dalam 100 Most Popular Cakes in the World, dan 52 untuk 100 Best Rated Cakes in the World. [okzone.com].

Puthu Lanang di Kota Malang

Di Kota Malang kue puthu terkenal adalah Puthu Lanang yang sudah ada sejak 1935. Dahulu dikenal dengan Puthu Celaket karena hingga kini puthu ini berada di Jalan Jaksa Agung Suprapto gang Buntu kawaean Celaket.  

Puthu ini dibuat oleh Ibu Supiah sejak tahun 1935. Tahun 2000, usaha puthu ini dilanjutkan oleh puteranya Siswoyo, warga jalan Grindulu Malang dan sejak itu nama Puthu Lanang mempunyai hak paten dan menjadi tempat favorit para penggemar kue tradisional puthu. Lanang dalam Bahasa Jawa artinya lelaki. Selain puthu, Puthu Lanang juga menjual cenil, klepon dan lupis.

Yuk ke Malang, mampir ke Puthu Lanang yang fenomenal dan viral… (Yy)

IG @yy_corjesu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun