[caption id="attachment_150752" align="alignright" width="300" caption="aksi para pedagang"][/caption]
Beberapa hari yang lalu, para pedagang pasar keputran mengangkat bambu runcing dan aneka senjata tajam di depan Pasar Keputran, Surabaya. Mereka akan melawan penggusuran pedagang kaki lima di depan pasar itu. Selain membawa bambu runcing, sebagian yang terdiri dari ibu-ibu dan remaja putri itu juga membawa batu. Ada juga yang terlihat membawa obor yang belum dinyalakan. "Dari pada mati kelaparan, lebih baik kami melawan sekarang," teriak salah satu pedagang. Setelah beberapa hari kemudan, para pedagang di Pasar Keputran dengan khusyuk menggelar aksi istigotshah bersama. Mereka berdoa agar diberi kekuatan dalam menghadapi cobaan saat itu dan berharap tidak terjadi penertiban pedagang di area Keputran tersebut. Jika itu sampai terjadi, bagaimana nasib mereka dalam mengais pundi-pundi rupiah untuk menghidupi kebutuhan keluarga mereka? Jika mereka direlokasikan ke tempat yang baru, apakah bisa menjamin kalau barang dagangan mereka akan laris sama seperti tempat yang asal?
Penggusuran kerap sekali terjadi di lingkungan sekitar anda. Biasanya penggusuran dilakukan secara tiba-tiba sehingga para pedagang tidak kuasa untuk menghidari aksi satpol pp. Penggusuran dilakukan dengan dalil untuk menertibkan suatu kawasan agar bersih tidak dipenuhi oleh para pedagang. Sering kali terjadi penggusuran paksa dengan mengobrak-abrik barang dagangan mereka dan memasukkan rombong dengan paksa ke dalam mobil satpol pp. Tentu saja banyak warga yang berontak, pinsan, menangis dan bahkan ada yang bertindak anarki melawan satpol pp. Para petugas penertiban serasa tidak peduli dengan kehidupan mereka dan tidak memikirkan bagaimana mereka dapat hidup tanpa dagangan mereka. Mari kita bayangkan, apalah arti kawasan yang tertib jika perekonomian rakyat menjadi redup? Apalah arti kawasan yang bersih jika rakyatnya menderita karena tidak bisa bekerja lantaran barang daganganya digusur? Bagaimana bisa kita mengentaskan kemiskinan jdi negeri ini ika rakyat yang berusaha meningkatkan perekonomiannya malah tidak didukung.
Ditinjau dari banyak hal, penggusuran dapat mematikan perekonomian rakyat. Berdagang merupakan upaya mereka untuk menyambung hidup. Dengan berdagang, mereka bisa menciptakan lapangan kerja sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Apa jadinya jika mereka tidak berdagang? Angka pengangguran di negeri ini akan meningkat, dan perekonomian rakyat akan semakin meredup. Pedagang kaki lima merupakan tonggak kuat dalam perekonomian rakyat. Jadi bisa dikatakan dengan berdagang, mereka bisa mandiri dalam mencukupi kehidupannya. Menurut saya kehadiran para pedagang kaki lima tidak menggangu public secara mutlak. Apalagi kesadaran mereka untuk berdagang secara mandiri patut untuk diacungi jempol karena mereka bukanlah sampah masyarakat. Mereka hanya mencari nafkah dengan cara yang halal dan tidak terlarang. Alasan mengapa mereka menggelar barang daganganya di sembarangan tempat, mungkin mereka tentu tidak memiliki cukup uang untuk menyewa tempat untuk wilayah dagangan mereka. Jadi tidak heran jika mereka berdagang di sembarang tempat. Jika pedangang tersebut merasa nyaman di tempatnya sekarang ini, kemudian ia digusur untuk berpindah ke tempat yang disediakan pemerintah, hal itupun tidak menjamin bahwa dagangannya akan selaris di tempat asal. Sangat susah untuk memulainya di tempat yang baru untuk mencari pelanggan baru.
Alasan yang lain, banyak para konsumen yang lebih suka membeli di PKL. Alasannya yaitu mudah dijangkau dan harganya relative murah. Konsumen dari perekonomian rendah maupun tinggi merasa puas jika membeli di PKL. Saat ini banyak sekali minimarket yang menjamur di seluruh kota hingga pedesaan. Tentu saja para pedangang barang kelontong merasa was-was bersaing dengan minimarket yang secara fasilitas jelas jauh lebih tinggi dari para PKL. Jika banyak PKL yang digusur, tentu dapat mematikan perekonomian mereka dan meningkatkan income dari minimarket tersebut. Bagaimana negeri ini bisa mengentaskan kemiskinan jika banyak para PKL yang mandiri dirampas haknya untuk berdagang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H