Mohon tunggu...
Yandika Welra
Yandika Welra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

si kidal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Menasihati yang Salah

26 April 2012   01:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:06 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini berangkat dari sebuah cuplikan gambar yang beredar di home akun jejaring sosial facebook saya di beberapa waktu yang lalu. Di gambar tersebut tengah diperlihatkan seorang korban meninggal dunia akibat kecelakaan, yang diduga karena sebelumnya sang korban melakukan aksi kebut-kebutan di jalanan. Orang yang mengunggah dan secara sadar menyebarluaskan gambar tersebut ke media facebook, turut memberikan sebuah pesan untuk tidak ugal-ugalan di jalanan, atau akan berisiko menanggung akibat sama seperti yang tengah dialami oleh si korban dalam gambar yang telah diunggah tersebut. Disinyalir dari untaian komentar para facebookers, korban diduga terlindas mobil truk pengaduk semen.

Untuk sekilas, gambar yang ditampilkan memang terkesan seram. Bisa saya pastikan, orang yang melihat gambar tersebut untuk kemudian akan lebih berhati-hati lagi dalam berkendara. Ada sedikit kekhawatiran setelah melihatnya, dan lalu menghadirkan efek jera untuk lebih santun di jalanan.

Namun saya menyesali atas hadirnya gambar tersebut ke khalayak. Walaupun niat yang ingin ditunjukkan oleh si pengunggah gambar ialah agar masyarakat lebih berhati-hati dalam berkendara, khususnya bagi para remaja yang seringkali melakukan aksi kebut-kebutan di jalanan.

Tapi, bagi saya ini tidak manusiawi. Menampilkan gambar seseorang yang telah meninggal ke ruang publik bagi saya secara tidak langsung dapat melukai perasaan anggota keluarga almarhum/almarhumah yang ditinggalkan. Apalagi gambar yang disebarluaskan tersebut berbau damage picture, dan tidak disensor sama sekali. Sementara arus peredaran informasi di internet itu memiliki jangka waktu yang amat panjang. Berita-berita, info dan sebagainya yang mungkin beberapa tahun yang lalu pernah kita saksikan, bisa saja kita jumpai kembali di waktu yang akan datang. Saya sering mengalami hal seperti itu. Nah, bila gambar si korban tadi kembali terlihat oleh salah seorang anggota keluarga almarhum–ketika yang bersangkutan juga telah ikhlas melepas kepergian almarhum–tentu duka yang telah mereda kembali melanda.

Dari sisi kemanusiaan, hal ini juga sangat tidak etis menurut saya. Mengapa? Dalam kasus ini misalnya, si pengunggah ingin memberikan pelajaran kepada para pengendara motor untuk tidak kebut-kebutan di jalan, maka diupload-lah sebuah gambar korban kecelakaan yang konon katanya melakukan aksi kebut-kebutan sebelum terjadinya peristiwa nahas tersebut. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa si pengunggah menyampaikan informasi ke ruang publik tentang tabiat buruk yang baru saja dilakukan oleh si korban sebelum dia kecelakaan. Apa ini pantas kita lakukan terhadap orang yang sudah meninggal? Tidak baik rasanya menceritakan keburukan-keburukan yang telah dilakukan seseorang yang telah meninggal, bukan begitu?

Belum lagi mengenai simpang siur tentang kebenaran informasi yang dibawa oleh gambar tersebut. Tentu ada suatu prosedur yang dapat membuktikan bahwa kecelakaan terjadi karena si korban melakukan aksi kebut-kebutan sebelumnya. Terkadang saksi di lokasi kejadian pun turut membesar-besarkan situasi. Nah, kalau sudah begini kan kebohongan publik jatuhnya. Sudahlah menyebar aib seseorang yang telah meninggal, ternyata di dalamnya terdapat pula unsur fitnah.

Bagi saya, silakan bila ingin mendokumentasikan suatu peristiwa kecelakaan atau hal-hal serupa lainnya. Namun mesti ada batasan toleransi tentang hasil pendokumentasian tersebut dalam perihal menshare-nya ke publik. Jangan sampai niat baik kita nyatanya malah merugikan pihak-pihak tertentu.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun