Oleh. Muhammad Eko Purwanto
Seeminar Parenting yang diselenggarakan oleh Forkom Jam'iyyah Jakapermai, pada tanggal 14 Oktober 2023 lalu, di Aula SD Islam Al Azhar 6 Jakapermai, yang menghadirkan seorang ahli neuroscience, dr. Aisah Dahlan, CMHt, CM.NLP, telah menyedot perhatian luar biasa dari para peserta Seminar yang hadir pada saat itu. Kegiatan Seminar Parenting ini dimotori oleh tiga Pengurus Jam'iyyah, yakni : Ibu Riena Aprianty Reinhart (Ketua Jam'iyyah SMPIA 6 Jakapermai), Ibu Wike Ry;y, S.H (Ketua Jam'iyyah SDIA 6 Jakapermai, dan Ibu Hj. Kurnia Dewi, S.Sos (Ketua Jam'iyyah KB-TKIA 8 Jakapermai).
Kegiatan rutin Jam'iyyah ini disponsori oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Bekasi, yang juga dihadiri oleh Ketua YW Al Muhajirien Jakapermai, Bapak H.M. Syafi'uddin, B.Comm, S.T. Kegiatan Seminar Parenting yang mengangkat tema : "Anakku, Bukan Aku" memperoleh apresiasi luar biasa dari Kepala-kepala Sekolah dan Ketua YW Al Muhajirien Jakapermai. "Kami atas nama Pengurus YW Al Muhajirien Jakapermai, sangat 'mengapresiasi' kegiatan ini, semoga kegiatan YW Al Muhajirien Jakapermai ini, yang bekerjasama dengan Bank Syari'ah Indonesia (BSI), serta bersinergi dengan sekolah dan Jamiyyah, bisa terus dilaksanakan dengan penuh rasa kekeluargaan dan kerjasama yang baik," kata Ketua YW Al Muhajirien Jakapermai, H.M. Syafi'uddin, B.Comm, S.T.
Seminar Parenting tersebut, berbicara banyak tentang paradigma pendidikan anak, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan setiap manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat mengembangkan potensi mereka, memperluas wawasan, dan membentuk karakter yang kuat. Namun, seringkali pendidikan dianggap sebagai suatu bentuk kontrol dan pembentukan individu sesuai dengan keinginan orangtua atau masyarakat. Tema seminar Parenting ini sebenarnya juga berkaitan dengan Puisi terkenal "Anakmu Bukanlah Anakmu" karya Kahlil Gibran, yang mengajak kita untuk merenungkan ulang paradigma kita tentang pendidikan anak-anak ?!
Dalam puisinya, Gibran menjelaskan bahwa meskipun anak-anak adalah hasil dari kedua orangtua, mereka bukanlah milik kita. Anak-anak adalah individu yang memiliki jalan hidup dan takdirnya sendiri. Sebagai orangtua atau pendidik, tugas kita bukanlah mendominasi dan mengontrol mereka, tetapi mendampingi mereka dalam perjalanan hidup mereka. Puisi ini mengajarkan kita untuk memberikan anak-anak cinta dan kebebasan yang mereka butuhkan untuk mengeksplorasi dunia dan mengembangkan potensi mereka.
Filosofi di balik puisi Kahlil Gibran, "Anakmu Bukanlah Anakmu" membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang konsep pendidikan. Pendekatan tersebut menuntut kita untuk melihat anak-anak sebagai individu yang unik dengan kecerdasan, minat, dan bakat mereka sendiri. Dalam pendidikan konvensional, sering kali anak-anak dianggap sebagai kanvas kosong yang harus diisi dengan pengetahuan dan nilai-nilai yang diharapkan oleh masyarakat. Namun, pendekatan ini mengabaikan potensi kreatif dan keunikan setiap anak.
Pendekatan yang lebih bijaksana adalah menjadikan anak-anak sebagai mitra dalam proses pendidikan. Bukan sebagai manusia yang harus dibentuk, tapi sebagai individu yang ingin belajar dan tumbuh sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Memahami bahwa mereka bukanlah milik kita akan membuka pintu bagi kolaborasi dan dialog dalam pendidikan.
Pendidikan yang bersifat kolaboratif dan dialogis akan memungkinkan anak-anak untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini akan mendorong mereka untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan mengeksplorasi berbagai aspek dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan. Dalam pendekatan ini, peran pendidik (guru) adalah sebagai fasilitator, yang membantu anak-anak menyusun pengetahuan, mempertanyakan pandangan, dan menemukan makna di dalamnya.