Oleh. Muhammad Eko Purwanto
Catering siswa pada sekolah-sekolah Islam Al Azhar, dibawah pengelolaan YW Al Muhajirien Jakapermai secara bertahap, penyajian makanannya sudah menggunakan sistem prasmanan, mulai dari SD, SMP, dan SMA Islam Al Azhar di wilayah Jakapermai, Kemang Pratama dan Grand Wisata. Pada hari kedua perubahan sistem pendistrisian makanan catering siswa ini, nampak antusiasme siswa masih terlihat. Sehingga, penyediaan makanan di sekolah-sekolah Islam Al Azhar telah mengalami banyak perubahan. Saat ini, dengan pelayanan yang terus ditingkatkan, catering siswa menjadi solusi yang banyak dipilih oleh orang tua murid untuk menyediakan makanan bagi putra-putrinya secara praktis dan efisien.
Ternyata, penyajian makanan catering siswa secara prasmanan memiliki makna filosofis yang dalam. Lebih dari sekadar memberikan nutrisi kepada siswa, penyajian makanan prasmanan memiliki tujuan yang lebih luas. Tujuan tersebut adalah untuk menciptakan lingkungan yang inklusif (terbuka), menghargai keragaman, dan memupuk rasa sosial, serta nilai-nilai etika dan estetika dalam melakukan makan bersama.
Makna filosofis pertama, bahwa penyajian makanan siswa secara prasmanan menciptakan lingkungan inklusif di kalangan siswa. Dalam lingkungan ini, siswa diberikan kesempatan untuk menikmati hidangan bersama-sama, tanpa memperhatikan status sosial, kekayaan, atau latar belakang budaya masing-masing siawa. Hal ini mendorong terciptanya rasa persatuan dan persaudaraan diantara siswa. Dalam mengambil makanan yang disajikan dalam hidangan prasmanan, siswa dapat merasakan keadilan dan merasa dirinya diperlakukan dengan sama rata, tanpa ada diskriminasi.
Makna filosofis kedua, penyajian makanan siswa secara prasmanan juga menghargai keragaman. Dalam setiap hidangan prasmanan, terdapat variasi makanan yang mencerminkan keberagaman budaya dan kuliner dari berbagai wilayah di Indonesia. Siswa diajak untuk mencoba dan mengeksplorasi makanan dari latar belakang budaya yang berbeda, yang pada gilirannya akan memperkaya pengetahuan mereka, tentang keanekaragaman makanan dan budaya Indonesia secara keseluruhan. Hal ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang keragaman yang ada di sekitar mereka.
Makna filosofis ketiga, bahwa dalam penyajian makanan siswa secara prasmanan juga melibatkan interaksi sosial di antara siswa. Proses makan bersama-sama mengajarkan mereka untuk saling berinteraksi dan berbagi pengalaman. Selama waktu makan, siswa dapat berkomunikasi dan berbagi cerita dengan teman-teman mereka. Interaksi sosial ini penting dalam membentuk keterampilan sosial, kemampuan berkomunikasi, dan membina hubungan yang baik antara siswa. Penyajian makanan prasmanan dapat membantu menciptakan ruang untuk tetap konstruktif dalam berinteraksi dan merayakan kebersamaan di antara siswa.
Makna filosofis keempat, penyajian makanan siswa secara prasmanan juga memiliki nilai-nilai etis yang kokoh. Sebagai contoh, pemilihan makanan yang sehat dan gizi yang seimbang oleh pihak catering merupakan upaya untuk memperhatikan kesehatan dan kebutuhan nutrisi siswa secara optimal. Hal ini mencerminkan perhatian terhadap kesehatan fisik siswa dan membantu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penyajian makanan siswa secara prasmanan memiliki makna filosofis yang jauh lebih dalam daripada yang terlihat pada permukaannya. Melalui penyajian makanan prasmanan, makanan bukan hanya menjadi alat pemenuhan nutrisi saja, tetapi juga sebagai sarana dalam membentuk lingkungan inklusif, menghargai keragaman, memupuk interaksi sosial dan mengajarkan nilai-nilai etis kepada siswa. Dengan memahami makna filosofis ini, kita dapat lebih menghargai praktik penyajian makanan prasmanan di sekolah dan memanfaatkannya secara optimal untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa.
Perspektif Tazkiyatun NafsÂ