Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Danau Kembar, Sumber Nutrisi Paru-paru

6 Februari 2018   20:34 Diperbarui: 6 Februari 2018   21:13 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sumber foto: dokumen pribadi

Demi nutrisi terbaik untuk jantung, saya rela menempuh perjalanan darat dengan melewati medan yang berat.
 Jalan yang berkelok-kelok diselingi dengan perbukitan dan jurang yang dalam dan siap menelan korban ,apabila sedikit saja lengah dalam mengemudi. 

Tepat pada hari Jumat jam 21.00 WIB, saya beserta rombongan memulai perjalanan studi banding ke salah satu pabrik teh yang ada di Alahan Panjang Kabupaten Solok Sumatera Barat.

Jarak tempuh Pekanbaru ke Solok sekitar 8 jam jalan darat. Karena mempertimbangkan kondisi fisik driver, akhirnya kami memutuskan untuk menginap di rumah saudara salah seotang dari anggota rombongan. Perjalanan dari kota Pekanbaru menuju kota Batu Sangkar yang dilalui pada malam hari tidaklah begitu memberikan sensasi baru ke diri sayA. Karena di tempuh saat malam hari dan sudah familiar sekali bagi saya pribadi.

Pagi setelah mandi saya dan rombongan melaksanakan Shalat Shubuh. Setelah itu kami memulai petualangan untuk menempuh perjalanan ke PTPN 6 untuk mengunjungi pabrik pengolahan daun teh. Sebelumnya kami mampir sarapan di kota Solok, seperti biasanya banyak menu khas Sumatera Barat yang bisa dinikmati. Diantaranya ada nasi sup daging, lontong sayur gulai Pakis, lupis dan aneka gorengan lainnya. Untuk menghangatkan isi perut saya memilih sarapan dengan nasi sup.

Nah... Setelah sarapan petualangan akan dimulai. Saya akan melewati daerah yang sudah lama sekali tidak saya tempuh. Berdasarkan informasi dari teman teman untuk menuju ke daerah Alahan Panjang kami akan menyusuri Bukit Barisan.

Wah... Ini pasti seru, saya bergumam sendiri. Pasti saya sepanjang jalan akan menikmati indahnya panorama dan lukisan alami ciptaan Tuhan yang maha kuasa. Jalan yang berkelok-kelok seakan-akan tiada habisnya, jurang, lembah yang di bawahnya mengalirkan mata air yang sangat jernih, perbukitan yang menyajikan keindahan bak hamparan rumput-rumputan dari jauh, serta di selang selingi oleh aneka pohon yang menyajikan aneka warna pada daunnya.

Saya berdecak kagum, saya ingat pesan almarhum bapak yang mengatakan " lakukanlah perjalanan sesering mungkin, maka kamu akan menyadari kebesaran Allah SWT dan kamu akan selalu menjadi orang-orang yang selalu bersyukur akan nikmat Allah SWT". Pesan almarhum bapak selalu terngiang-ngiang di telinga. Sebagai orang asli Sumatera Barat, bagi saya jalan berliku, jurang yang dalam, mengelilingi perbukitan adalah sesuatu hal yang sudah biasa dilakukan sejak kecil. Namun untuk setiap daerah memilki keunikan dan keindahan tersendiri.

Mengelilingi bukit barisan untuk mencapai daerah perkebunan teh dan pabrik pengolahanya , membuat diri saya selalu berdecak kagum akan keindahan hamparan pohon teh, laksana permadani hijau yang membentang luas di perbukitan. Liukan demi liukan barisan tanaman teh membentuk sebuah formasi di tofografi ya g berbeda. Disinilah uniknya daerah perkebunan teh yang saya lalui sepanjang jalan menuju pabrik PTPN6.

Demi nutrisi sehat untuk sebuah organ di dalam tubuh, yaitu paru-paru yang mana sudah berbulan-bulan terkontaminasi baik secara langsung atau tidak dengan polusi udara perkotaan.

Bahkan demi mengendorkan milyaran urat syaraf yang ada di dalam di dalam tubuh , yang selama ini sudah mengalami lelah karena diporsir setiap hari untuk beraktifitas.

Jalanan terjal dan berliku dilewati , demi untuk men dapatkan kualitas udara pegunungan yang lebih sehat, segar dan membuat tentram jiwa dan raga.

Setelah mobil di parkir di halaman pabrik teh, kaki saya sudah tidak sabar lagi untuk berlari ke kebun teh. Saya menyusuri kebun teh sambil menghirup udara segar dan bersih agar oksigen lebih banyak masuk ke tubuh. Kemudian secara perlahan lahan di lepaskan keluar.

Walau ranting-ranting teh kering yang berserakan di tanah, tidak menghalagi saya untuk bisa memcapai ke tengah perkebunan. Layakanya seperti orang tua zaman now, sambil menikmati udara bersih saya juga mencari spot untuk mendapatkan foto-foto terbaik.

Saat asik-asiknya menikmati udara pegunungan di perkebunan teh, kami di panggil oleh supervisor pabrik. Itu pertanda kami akan diajak berkeliling untuk mempelajari proses pengolahan daun teh. Ternyata daun teh yang ada di daerah ini adalah menghasil daun teh hitam yang akan di ekspor ke luar negeri.

Lelah berkeling pabrik, disertai dengan perut sudab mulai keroncongan, itu pertanda jam makan siang sudah dekat. Saya lirik arloji di tangan tern yata sudah menunjukan angka 13 siang. Pantas cacing-cacing di perut tidak mau diajak kompromi.

Kemudian kami menuruni daerah perkebunaN teh untuk shalat zuhur dan makan siang.

MASJID Ummi jadi target kami, masjid mungil namun sangat indah dan sangat bersih. Saya melihat sebuah prasasti di depan masjid , ternyata prasasti peresmian masjid ditanda tangani oleh bapak Gamawan Fauzi. Entahkah beliau yang mewakafkan masjid ini untuk masyarakat atau tidak itu tidak penting. So pasti masjid ini akan selalu dibanjiri oleh jamaah yang berwisata ke daerah ini. Apalagi dekat dengan danau kembar.

danau-2-5a79b7d8ab12ae196a6ccec2.jpg
danau-2-5a79b7d8ab12ae196a6ccec2.jpg
Sumber foto: dokumen pribadi

Nah.. Danau kembar ini adalah destinasi saya dan rombongan setelah pabrik teh. Sebelum turun dan menikmati danau kembar kami menikmati makan siang di warung ya g berdiri di dekat danau kembar.

Baru saja turu dari mobil, saya kaget dengan udara ya g sangat dingin menyapu wajah saya, padahal siang itu matahari bersinar terang. Udara yang sangat dingin membuat saya tidak berani untuk menikmati makan siang di luar restoran yang menghadap ke pinggiran danau. Akhirnya memutuskan untuk tetap duduk di dalam restoran.

Selesai makan siang kami tak sabaran lagi untuk turun ke danau kembar. Sayang sekali kami hanya bisa menikmati danau di atas saja. Sedangkan danau di bawah kami tidak ada waktu lagi saat itu untuk berkunjung.

Seumur-umur baru kali ini saya merasakan angin bertiup kencang yag disertai dengan desiran angin yang jelas terdengar di telinga. Desiran angin bagaikan musik alam yang menambah indahnya suasana di siang itu.

Oh ya.. Mungkin para pembaca sudah pernah dengar tentang salah satu destinasi wisata danau di Sumater Barat. Selain danau Singkarak dan danau Maninjau, Sumbar juga memilki danau kembar, dinamakan danau kembar karen posisi dua danau ini terletak berdampingan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan literatur kedua danau ini hanya dibatasi oleh bukit yang luasnya sekitar 300 meter persegi.

Danau di atas lebih dangkal dibandingkan dengN danau di bawah. Kedalaman danau di atas sekitar 44 m. SementarA danau di bawah kedalamNnya mencapai 800 meter, hal ini menyebabkan masyarakat sekitar tidak berani bersampan agak ke tengah. Sayang sekali saya hanya bisa menikmati keindahN panoram danau di atas yang di kelilingi oleh bukit dan di jaga kokoh oleh gunung Talang. Kalau dilihat dari Medan ya g sudah dilalui danau ini sepertinya berada di puncak bukit barisan. Semoga saya tidak salah.

Petualangan hari itu akhirnya berakhir karen dibatasi oleh waktu. Karen kami akan melanjutkan perjalanan menuju kota Bukittiggi. Fisik dan psikis kita perlu juga di Recharge , agar battery terisi full dan siap untuk menjalAnkan ragam aktifitas.

Selamat menikmati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun