Aku jenuh, berada di pelukmu beberapa tahun terakhir ini tak membuatku nyaman. Sebuah kehangatan yang hanya ada di buku buku tempo dulu juga petuah petuah kakek ku akan dirimu yang sangat besar. Aku lelah dengan semua yang kau biarkan saja memperkosamu secara laknat hingga tak dapat kau raih mimpi mimpi dalam cerita besarmu itu. gambar dari google Demi tuhan aku jengah dengan rentetan koak koak mulut mulut busuk yang hanya bisa berceloteh tajam tanpa mampu mengobatimu walau sedikit. Mereka merasa pintar dari semua pendiri, pembangun kebesaran mu itu. Mereka merasa bahkan tak merasa bosan terus saja menodaimu dan yang lain hanya mencibir dirimu laknat karena telah ternodai. Terlintas dalam pikiranku, akan kubiarkan keturunanku pergi dan berganti jiwa, darah tentang mu. Dan ku kirim mereka ( keturunanku ) jauh jauh dari semua nestapa ayahnya yang tak juga mampu memperbaiki keadaan mu. Kau mungkin terlalu tua bila kamu adalah aku, hingga kau tak mampu membela tubuhmu yang lama tidur dan hampir membusuk. Kau sudah tua, tapi tak  jua dewasa caramu berpikir dan bertindak.. itu karena karena kau biarkan saja mereka menodai tubuhmu sekian lama, malangnya kau wahai ibu pertiwiku.. Kian tua, kian hancur, kian terpuruk.... Maafkan aku tak bisa lagi mencari kebenaran ditubuhmu.. *)sebuah renungan dalam ulang tahunmu... selamat ulang tahun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H