30 Mar. 24
Perempuan dan poros perasaannya
Setelah 4 bulan baru ingin ngetik lagi. Kebetulan lagi baca soal kesalahan berpikir atau cacat logika nya bang Bennet. Tapi hasrat kok pengen nulis soal 'perempuan dan perasaannya' mungkin ini didasarkan pada kejadian akhir-akhir ini yang bikin geleng-geleng. Kalo ditarik garis merahnya relate sama bacaan tadi. Yasudah jadi saya tulis sebagai penyalur kekesalan.
Oke cekidot.
Jadi, saya dihadapkan pada kesimpulan yang melenceng dari premis yang diajukan. Mungkin sebagian dari kalian sering mendengar dikantor atau di sirkel kalian. Biasanya berkaitan dengan konsekuensi, contoh simple nya gini yaa :Â
"aku maunya makan pakai ayam, kalo ngga boleh aku mati saja."
Contohnya simple yaa.. tapi,  yang saya hadapi benar-benar pernyataan yang serius dan ngga  patut dinyatakan dengan gaya seperti itu (konteks dewasa). mari kita bahas serius. Ini bentuk dari kekeliruan / cacat logika, yang di dalamnya terdapat keputusasaan sehingga menggabungkan ancaman sebagai konsekuensi. gila ga? Saya dihadapkan pada pernyataan tsb, lu kira hidup gue ngurusin keinginan lu doang? Huft,, lanjut!
Perasaan dan emosi memang lumrah disandingkan dengan perempuan. Saya sadar ungkapan tersebut adalah bentuk respon emosi eksternal. sigmun freud pernah bilang perasaan bagian dari alam sadar manusia artinya ia muncul di luar kesadaran yang berpengaruh pada perilaku. artinya kalau perempuan lagi diliputi emosi (apapun itu) tindakannya bisa selaras dengan emosi tersebut.Â
Sebagai perempuan saya paham betul, terkadang kita melakukan banyak cara untuk pemenuhan emosi kita. emosi bisa menjadi alat mempererat hubungan sosial jika digunakan dengan baik. sebaliknya jika emosi meledak-ledak sangat menjadi tantangan dan sangat perlu untuk belajar mengendalikan emosi agar cepat mereda.
mari kita belajar memahami emosi: pertama kita perlu memahami emosi dasar manusia seperti emosi marah, emosi senang, kecewa dan takut.