Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cyberbullying

20 Desember 2024   19:30 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:47 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rina, seorang mahasiswi, menerima panggilan telepon malam itu. Di layar, tertera nama "Paman Andi" dari Surabaya, yang mengaku sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Suaranya mirip dengan pamannya.

"Rina, aku terjebak macet dan dompetku hilang. Tolong, kirimkan uang sebesar Rp2.000.000 untuk biaya penginapan dan akomodasi," katanya dengan nada mendesak.

Rina, yang masih polos dan percaya, langsung panik. "Baik, Paman. Saya akan transfer sekarang juga."

Namun, ketika Rina tiba di konter transfer, petugas menjelaskan bahwa layanan tersebut sudah tutup. Rina pun berjanji pada "Paman Andi" untuk melanjutkan transfer besok pagi..

Keesokan harinya, Rina kembali ke konter transfer. Saat menunggu antrian, penjaga konter curiga dan bertanya, "Kamu mau transfer uang ke mana, Mbak?" Rina memberikan nomor akun yang dituju. Wiw wiw wiw... suara serine tetap menggentarkan dan memandu : "transfer saja nanti kalau sudah akan saya transfer kembali". Tapi setelah sukses di angka 3 juta penipu itu meminta transfer ulang, namun petugas konter merasa curiga.

Rina menjelaskan situasinya. Penjaga konter langsung mengingatkannya, "Hati-hati, Mbak. Bisa jadi itu penipuan."

Rina mulai ragu. Ia memutuskan untuk memanggil kembali "Paman Andi". Namun, kali ini, suaranya berbeda. Rina langsung menyadari bahwa ia telah tertipu.

Dengan berani, Rina membatalkan rencana transfer yang kedua kalinya dan melaporkan kejadian tersebut kepada orang tuanya. Ketika Rina menelpon nomor paman yang sebenarnya ternyata beliau sedang ada di rumah dan tidak pergi kemana-mana seraya mengatakan : "hati-hati di sini juga tadi ada kejadian serupa". 

Rina awalnya sangat senang dan antusias dengan tawaran yang mereka berikan. Tapi ternyata itu semua hanya jebakan. Kekecewaannya sangat mendalam, apalagi mengingat kemana harus mencari uang untuk mengganti uang konter yang terlanjur ditransfer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun