Pendahuluan
Regulasi sekolah ramah anak merupakan fondasi penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang anak secara holistik. Regulasi ini tidak hanya menjadi pedoman bagi sekolah, tetapi juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk guru, orang tua, dan masyarakat. Dengan adanya regulasi yang jelas, diharapkan setiap anak dapat bersekolah dengan tanpa rasa takut, terbebas dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi, serta memiliki kesempatan yang sama untuk meraih potensi terbaiknya.Â
Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap pendidikan. Guru, sebagai ujung tombak pendidikan, tak luput dari pengaruh ini. Banyak guru yang kini bertransformasi menjadi kreator konten, memanfaatkan platform digital untuk menyampaikan materi pelajaran, menginspirasi siswa, dan membangun komunitas belajar. Namun, dalam menciptakan konten yang melibatkan siswa, guru perlu memperhatikan etika dan menjaga keseimbangan antara kreativitas dengan keamanan dan privasi siswa. Dengan adanya kasus hukum yang melibatkan guru terkait komplain orang tua terhadap konten yang diunggah di media sosial, maka kita, kompasianer pendidik sebagai insan akademika perlu mengingat kembali etika agar bisa membuat konten dan mengunggahnya untuk dipublikasikan dengan bijak sehingga tidak melakukan cyber bullying.Â
Guru kini tak hanya berdiri di depan kelas. Mereka menjelma menjadi kreator konten yang menginspirasi. Namun, seiring dengan kreativitas yang meluap, muncul pertanyaan: Bagaimana peran guru dalam menciptakan konten edukasi yang positif? Mari bedah bersama!
Pentingnya Etika Guru sebagai Kreator Konten
Sebagai sosok yang dipercaya oleh siswa dan orang tua, guru memiliki tanggung jawab moral yang besar. Ketika melibatkan siswa dalam pembuatan konten, guru harus:
1. Menjaga Privasi Siswa
Selalu meminta izin tertulis dari orang tua atau wali siswa sebelum memublikasikan konten yang menampilkan wajah atau identitas siswa. Jika perlu menampilkan siswa dalam konten, pastikan wajah atau identitas yang bersifat pribadi diblur atau dimozaik. Tidak mengungkapkan informasi pribadi siswa seperti alamat rumah, nomor telepon, atau nama lengkap tanpa izin.
2. Memastikan Keamanan Siswa
 Pastikan konten yang dibuat bersifat positif, inspiratif, dan mendukung perkembangan siswa. Hindari konten yang berpotensi merugikan atau membahayakan siswa. Selalu awasi proses pembuatan konten dan pastikan siswa merasa aman dan nyaman.
3. Menghormati Hak Cipta