Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reformasi Pendidikan Terancam? Masa Depan Kurikulum Merdeka di Tengah Dinamika Politik

23 Oktober 2024   22:41 Diperbarui: 27 Oktober 2024   05:21 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang Peluncuran Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka diluncurkan dengan tujuan utama untuk memberikan fleksibilitas dan kemerdekaan bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna bagi siswa. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi peluncuran kurikulum ini:

1.  Pandemi telah mengubah lanskap pendidikan secara drastis. Pembelajaran jarak jauh yang mendadak dan terbatasnya interaksi tatap muka membuat proses belajar menjadi kurang efektif. Kurikulum Merdeka hadir sebagai upaya untuk mengatasi tantangan tersebut dengan menawarkan pendekatan yang lebih fleksibel dan adaptif.

2. Sebelumnya, kurikulum yang berlaku dianggap terlalu padat dan kurang memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya. Kurikulum Merdeka hadir dengan struktur yang lebih sederhana dan memberi kewenangan lebih besar kepada guru untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

3. Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada pengembangan kompetensi siswa, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun karakter. Hal ini sejalan dengan tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks dan menuntut individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.

4. Kurikulum Merdeka mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator.

Tujuan Kurikulum Merdeka

Secara umum, Kurikulum Merdeka memiliki beberapa tujuan utama, yaitu:

  • Memberikan kebebasan bagi satuan pendidikan
  • Fokus pada pengembangan kompetensi
  • Meningkatkan kualitas pembelajaran
  • Menyiapkan lulusan yang siap menghadapi masa depan

    Dengan kata lain, Kurikulum Merdeka adalah sebuah upaya untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih relevan, fleksibel, dan berpusat pada siswa, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Perpecahan Kemendikbudristek: Sebuah Dinamika Kebijakan

Pada beberapa waktu lalu, telah terjadi pembahasan mengenai kemungkinan pemisahan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadi tiga kementerian yang berbeda. Usulan ini muncul dengan berbagai pertimbangan, baik dari sisi efisiensi birokrasi, fokus pada bidang tertentu, maupun untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di sektor pendidikan dan riset.

Alasan yang Mendasari Usulan Perpecahan

Beberapa alasan utama yang seringkali dikemukakan sebagai dasar untuk memisahkan Kemendikbudristek menjadi tiga kementerian antara lain:

  • Fokus yang Lebih Spesifik: Dengan memisahkan kementerian, diharapkan masing-masing kementerian dapat lebih fokus pada bidang tugasnya. Misalnya, satu kementerian dapat fokus pada pendidikan dasar dan menengah, kementerian lain pada pendidikan tinggi, dan kementerian ketiga pada riset dan teknologi.
  • Efisiensi Birokrasi: Pemisahan kementerian diharapkan dapat meningkatkan efisiensi birokrasi karena masing-masing kementerian dapat memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana dan lincah.
  • Peningkatan Kualitas Pelayanan: Dengan fokus yang lebih spesifik, diharapkan masing-masing kementerian dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
  • Adaptasi terhadap Perubahan: Pemisahan kementerian dianggap sebagai upaya untuk menyesuaikan struktur pemerintahan dengan dinamika perkembangan zaman, terutama dalam bidang pendidikan dan riset yang terus mengalami perubahan yang cepat.

Dampak Potensial dari Perpecahan

Pemisahan Kemendikbudristek tentu memiliki dampak yang kompleks dan perlu dipertimbangkan secara matang. Beberapa dampak potensial yang mungkin terjadi antara lain:

Positif

  • Fokus yang lebih tajam: Masing-masing kementerian dapat lebih fokus pada masalah-masalah spesifik di bidangnya.
  • Efisiensi: Pengambilan keputusan dapat menjadi lebih cepat dan efektif.
  • Inovasi: Masing-masing kementerian dapat mendorong inovasi di bidangnya masing-masing.

Negatif:

  • Koordinasi yang lebih sulit: Koordinasi antar kementerian dapat menjadi lebih kompleks, terutama dalam hal perumusan kebijakan yang saling terkait.
  • Duplikasi program: Ada potensi terjadinya duplikasi program atau kegiatan antar kementerian.
  • Biaya tambahan: Pembentukan kementerian baru tentu membutuhkan anggaran tambahan.

Dampak Perpecahan Kementerian terhadap Kelanjutan dan Implementasi Kurikulum Merdeka

Pembentukan kementerian baru di sektor pendidikan merupakan langkah signifikan yang berpotensi membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan nasional. Salah satu kebijakan pendidikan yang sedang berjalan dan menjadi sorotan adalah Kurikulum Merdeka. Kebijakan ini menawarkan fleksibilitas dan otonomi yang lebih besar bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran. Namun, dengan adanya perpecahan kementerian, muncul pertanyaan mengenai keberlangsungan dan implementasi Kurikulum Merdeka.

Analisis Dampak

Perpecahan kementerian dapat memberikan dampak yang kompleks terhadap kelanjutan dan implementasi Kurikulum Merdeka. Beberapa potensi dampak yang perlu diperhatikan antara lain:

Koordinasi Antar Kementerian:

  • Tantangan Koordinasi: Pemisahan kementerian dapat menghambat koordinasi dalam menyusun kebijakan dan program yang terkait dengan Kurikulum Merdeka. Setiap kementerian mungkin memiliki fokus dan prioritas yang berbeda, sehingga sulit mencapai konsensus dan sinergi.

  • Peran Kementerian Baru: Kementerian baru yang bertanggung jawab atas bagian tertentu dari pendidikan (misalnya, pendidikan tinggi) mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang Kurikulum Merdeka dan prioritas yang berbeda dalam implementasinya.

Alokasi Anggaran:

  • Persaingan Anggaran: Adanya beberapa kementerian yang menangani bidang pendidikan dapat memicu persaingan dalam alokasi anggaran. Kurikulum Merdeka mungkin tidak mendapatkan prioritas yang sama seperti sebelumnya, terutama jika kementerian baru lebih fokus pada program-program lain.
  • Efisiensi Penggunaan Anggaran: Pembagian anggaran yang tidak efektif dapat menghambat implementasi Kurikulum Merdeka secara optimal.

Fokus Kebijakan:

  • Perubahan Fokus: Setiap kementerian baru mungkin memiliki fokus kebijakan yang berbeda, yang dapat mengarah pada perubahan arah kebijakan dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
  • Ketidakjelasan Kebijakan: Ketidakjelasan mengenai pembagian tanggung jawab antar kementerian dapat menyebabkan kebingungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi Kurikulum Merdeka, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Implementasi di Lapangan:

  • Perbedaan Interpretasi: Perbedaan interpretasi terhadap Kurikulum Merdeka di antara berbagai kementerian dapat menimbulkan kebingungan bagi satuan pendidikan dalam mengimplementasikannya.
  • Keterlambatan Implementasi: Proses koordinasi dan penyusunan kebijakan yang lebih kompleks dapat menyebabkan keterlambatan dalam implementasi Kurikulum Merdeka di lapangan.
  • Implikasi bagi Kurikulum Merdeka

    Perpecahan kementerian dapat berdampak signifikan terhadap kelanjutan dan implementasi Kurikulum Merdeka. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menyebabkan:

    • Terhambatnya inovasi: Kurikulum Merdeka yang dirancang untuk mendorong inovasi dalam pembelajaran dapat terhambat jika tidak ada koordinasi yang baik antar kementerian.
    • Ketidakpastian bagi satuan pendidikan: Satuan pendidikan mungkin merasa tidak pasti tentang arah kebijakan pendidikan dan kesulitan dalam mengambil keputusan terkait implementasi Kurikulum Merdeka.
    • Ketidakmerataan kualitas pendidikan: Perbedaan dalam alokasi anggaran dan fokus kebijakan dapat menyebabkan ketidakmerataan kualitas pendidikan di berbagai daerah.

Kesimpulan

Perpecahan kementerian merupakan tantangan baru dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Untuk memastikan keberlangsungan dan keberhasilan kebijakan ini, diperlukan koordinasi yang kuat antar kementerian, kejelasan peran dan tanggung jawab, serta dukungan anggaran yang memadai. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap dampak perpecahan kementerian terhadap implementasi Kurikulum Merdeka, sehingga dapat dilakukan penyesuaian kebijakan yang diperlukan.

Saran

  • Memperkuat koordinasi antar kementerian: Membentuk forum koordinasi yang melibatkan semua kementerian terkait untuk membahas isu-isu strategis dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
  • Menyusun panduan yang jelas: Menyusun panduan yang jelas dan komprehensif mengenai implementasi Kurikulum Merdeka, termasuk pembagian tanggung jawab antar kementerian.
  • Memberikan dukungan kepada satuan pendidikan: Memberikan pelatihan dan pendampingan yang memadai kepada guru dan kepala sekolah dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
  • Melakukan evaluasi secara berkala: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap implementasi Kurikulum Merdeka untuk mengidentifikasi kendala dan mencari solusi.

Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun