Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pelangi yang Pergi: Saat Anabul Menghembuskan Nafas Terakhir

22 Oktober 2024   18:01 Diperbarui: 23 Oktober 2024   03:48 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, rumahku tak pernah sepi. Ada suara dengkuran lembut yang menemani setiap pagi, ada tatapan mata bulat yang menantiku pulang dari sekolah, dan ada bulu-bulu halus yang menempel di bajuku. Dia adalah Moza, kucing Persia abu coklat kesayanganku.

Moza bukan sekadar hewan peliharaan. Dia adalah sahabatku, pendengar setia segala keluh kesahku. Saat aku sedih, dia selalu ada di sisiku, mengusap lembut pipiku dengan kepala kecilnya. Bulu lembutnya selalu menarikku untuk mengelusnya.Saat aku senang, dia ikut berjingkrak riang, seolah mengerti kebahagiaanku. Dia sangat pintar, dimana harus buang air besar dan dimana tempat tidurnya.

Dalam kedalaman matanya, aku menemukan galaksi cinta yang tak berujung. Dengkurannya adalah lullaby yang menenangkan jiwa yang gelisah. Kami terikat oleh benang tak kasat mata, sebuah ikatan yang abadi. Dia adalah sinar matahariku di hari-hari kelabu. Memang terdengar sangat berlebihan, tapi saat ikatan batin sudah terpaut kasih sayang pun terikat kuat.

Kami melakukan banyak hal bersama. Aku mengajarinya berbagai trik, seperti duduk, bersalaman, dan bahkan mengambil bola. Moza selalu antusias belajar dan membuatku tak pernah bosan. Kami sering menghabiskan waktu di taman belakang, bermain kejar-kejaran atau sekadar berjemur di bawah sinar matahari.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Beberapa minggu yang lalu, Moza sakit mendadak. Aku merawatnya dengan penuh kasih sayang, berharap dia segera sembuh. Namun, takdir berkata lain. Moza  pergi meninggalkanku untuk selamanya. Selidik punya selidik rupanya dia menjilat tetesan  cairan  semprotan hama tanaman.  

Saat itu juga, hatiku serasa kelam. Rumah terasa begitu sunyi tanpa suara dengkurannya. Tenda mungil yang selalu terpasang seakan memanggilku untuk melirik bahwa Moza selalu ada di dalamnya. Aku merindukan semua momen indah yang pernah kami lewati. Moza yang lincah selalu bermain-main di kelopak mataku.

Aku tahu, Moza pasti tidak akan pernah kembali. Tapi, kenangan tentangnya akan selalu tersimpan di dalam hatiku. Moza, sahabatku yang baik, terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku. 

#Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun