Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bisakah Sekolah Bebas dari Bullying dan Kekerasan?

3 Oktober 2024   03:49 Diperbarui: 3 Oktober 2024   04:40 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Pendidikan, sejatinya, bertujuan untuk mencetak generasi emas yang berkarakter, berilmu, dan berakhlak mulia. Namun, maraknya kasus kekerasan di sekolah seakan menampar wajah dunia pendidikan. 

Bagaimana mungkin kita berharap generasi muda menjadi pemimpin masa depan yang bijaksana dan humanis, jika lingkungan belajar mereka sendiri penuh dengan kekerasan? Ironisnya, sekolah yang seharusnya menjadi tempat mengasah potensi diri, justru menjadi sumber trauma bagi sebagian siswa. 

Kekerasan di sekolah menjadi isu yang terus menghantui dunia pendidikan. Perundungan, kekerasan fisik, hingga kekerasan seksual seringkali terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak untuk belajar dan tumbuh. Pertanyaan besarnya adalah, bisakah kekerasan di sekolah benar-benar dihapuskan? 

Memahami Akar Masalah

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu memahami akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya kekerasan di sekolah. Beberapa faktor yang seringkali menjadi pemicu antara lain:

Lingkungan keluarga: Pola asuh yang kurang baik, adanya kekerasan dalam rumah tangga, atau kurangnya perhatian dari orang tua dapat menjadi faktor risiko terjadinya kekerasan di sekolah. 

Tekanan teman sebaya: Tekanan untuk mengikuti kelompok tertentu, keinginan untuk diterima, atau rasa takut akan menjadi korban perundungan dapat mendorong siswa terlibat dalam tindakan kekerasan. 

Media dan budaya populer: Paparan terhadap konten kekerasan dalam media dan budaya populer dapat memengaruhi perilaku anak-anak, termasuk di lingkungan sekolah. 

  • Kurangnya pengawasan: Pengawasan yang kurang dari guru, orang tua, atau pihak sekolah dapat menciptakan peluang terjadinya kekerasan.
  • Masalah psikologis: Beberapa siswa mungkin mengalami masalah psikologis seperti gangguan perilaku atau depresi yang dapat memicu tindakan kekerasan.

Upaya Penghapusan Kekerasan di Sekolah

Meskipun tantangannya besar, upaya untuk menghapuskan kekerasan di sekolah perlu terus dilakukan. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

  • Pendidikan: Memberikan pendidikan tentang pentingnya menghargai perbedaan, menolak segala bentuk kekerasan, serta cara menyelesaikan konflik secara damai.
  • Peningkatan pengawasan: Meningkatkan pengawasan di lingkungan sekolah,baik dari guru, orang tua, maupun pihak sekolah.
  • Pembentukan lingkungan yang inklusif: Menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif, di mana semua siswa merasa diterima dan dihargai.
  • Kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat: Membangun kerjasama yang kuat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak.
  • Pencegahan dini: Mendeteksi dini siswa yang berpotensi menjadi pelaku atau korban kekerasan, serta memberikan bantuan yang diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun