Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Idealisme Orangtua: Motivasi atau Toxic Expectations?

28 September 2024   18:49 Diperbarui: 29 September 2024   04:31 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Idealisme orang tua adalah harapan dan cita-cita tinggi yang dimiliki orang tua terhadap anak-anak mereka. Harapan ini seringkali didorong oleh kasih sayang dan keinginan agar anak-anak mereka meraih kesuksesan dalam hidup. Namun, idealisme yang tidak terkelola dengan baik dapat berubah menjadi ekspektasi beracun yang justru dapat memberikan tekanan dan dampak negatif pada perkembangan anak.

Idealisme sebagai Motivasi

Dalam konteks yang positif, idealisme orang tua dapat menjadi motivasi yang kuat bagi anak. Harapan dan dukungan dari orang tua dapat mendorong anak untuk berusaha lebih keras, mengembangkan potensi diri, dan mencapai tujuan yang lebih tinggi. Beberapa manfaat idealisme sebagai motivasi antara lain:

  • Meningkatkan rasa percaya diri: Ketika anak merasa didukung dan dipercaya oleh orang tua, mereka akan lebih percaya pada kemampuan diri sendiri.
  • Menumbuhkan semangat kompetitif: Harapan orang tua dapat menjadi pemicu bagi anak untuk berprestasi lebih baik dan mengungguli teman-temannya.
  • Memberikan arah tujuan hidup: Idealisme orang tua dapat membantu anak menemukan tujuan hidup yang lebih jelas dan terarah.

Idealisme  Sebagai Ekspektasi Beracun

Namun, idealisme yang terlalu tinggi dan tidak realistis dapat berubah menjadi ekspektasi beracun. Ekspektasi beracun adalah harapan yang tidak seimbang dengan kemampuan dan kebutuhan anak, sehingga menimbulkan tekanan yang berlebihan. Beberapa tanda ekspektasi beracun antara lain:

  • Membandingkan anak dengan orang lain: Membandingkan anak dengan anak lain dapat membuat anak merasa tidak cukup baik dan tidak berharga.
  • Menetapkan standar yang terlalu tinggi: Menetapkan standar yang terlalu tinggi dapat membuat anak merasa terbebani dan kesulitan untuk memenuhi harapan orang tua.
  • Tidak memberikan ruang untuk kesalahan: Tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dari kesalahan dapat membuat anak takut untuk mencoba hal-hal baru.
  • Menyalahkan anak atas kegagalan: Menyalahkan anak atas kegagalan dapat merusak kepercayaan diri anak dan membuat mereka merasa tidak berharga.

Menyeimbangkan Idealisme dan Realitas

Sebagai orang tua, penting untuk menyeimbangkan idealisme dengan realitas. Berikut adalah beberapa tips untuk menghindari ekspektasi beracun:

  • Kenali kemampuan anak: Setiap anak memiliki kemampuan dan minat yang berbeda-beda. Jangan memaksakan anak untuk menjadi seperti yang Anda inginkan.
  • Komunikasikan dengan jelas: Bicarakan dengan anak tentang harapan dan ekspektasi Anda. Dengarkan juga pendapat dan perasaan anak.
  • Berikan dukungan tanpa syarat: Tunjukkan kepada anak bahwa Anda mencintai mereka apa adanya, terlepas dari prestasi mereka.
  • Ajarkan pentingnya proses: Fokuslah pada proses belajar dan berkembang, bukan hanya pada hasil akhir.
  • Berikan ruang untuk kesalahan: Izinkan anak untuk membuat kesalahan dan belajar dari pengalaman.

Kesimpulan

Idealisme orang tua dapat menjadi motivasi yang kuat bagi anak, namun harus diimbangi dengan realitas. Ekspektasi yang terlalu tinggi dapat berubah menjadi ekspektasi beracun yang berdampak negatif pada perkembangan anak. Sebagai orang tua, penting untuk menemukan keseimbangan antara mendukung anak mencapai potensi maksimal mereka dan memberikan mereka ruang untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun