Mohon tunggu...
Yuyun Srimulyati
Yuyun Srimulyati Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Hobi yang baru saja menggeliat dan menantangku yaitu MENULIS karena terinspirasi para kompasianer, kumainkan jemari di pojok kompasiana, terjebak di ruang kolaborasi komunitas KAUSAKu4NKRI, berawal dari kepenasaran maka akhirnya Practice Makes Perfect basmalah ikuti langkah Kuntowijoyo menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bintang yang Padam: Saat Bonding Nyaris Terlepas (part 1)

20 September 2024   20:42 Diperbarui: 20 September 2024   21:24 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masa remaja, laksana ombak yang menerjang karang, menghempas Biya ke dalam pusaran dunia yang baru. Rumah pamannya, dengan aroma game net yang khas, menjadi surganya. Di sana, waktu seakan berhenti, terjebak dalam layar monitor yang menyala terang. Sekolah, bagai kewajiban yang membosankan, seringkali terlupakan. Hingga suatu hari, tepat di hari Jum'at, pulang salat dari masjid dia bermaksud untuk membawa sepatu futsal ke rumahnya yang berjarak hanya 1 kilometer dari rumah pamannya. Hasrat bermain futsal membawanya meminjam motor teman. Di tengah euforia kebebasan yang semu, ia terjerat dalam pusaran hipnotis. Motor lenyap, meninggalkan bekas luka mendalam di hati orang tuanya. Cicilan menggantung, menjadi bayang-bayang yang tak kunjung sirna. Kehilangan bukan hanya materi, namun juga kepercayaan yang retak.

Bintang-bintang di langit malam seolah ikut meratapi nasibnya. Dulu, ia pernah menatapnya dengan penuh harap, berharap masa depan cerah menanti. Kini, bintang-bintang itu bagai saksi bisu atas kesalahan yang telah ia perbuat. Biya terpuruk dalam penyesalan. Rumah pamannya yang dulu terasa nyaman, kini terasa asing dan mencekik. Bau game net yang dulu membuatnya nyaman, kini menjadi bau yang menyengat, mengingatkannya pada kegagalan.

Hidup adalah sebuah pelajaran, dan Biya telah belajar dengan cara yang pahit. Kehilangan motor bukan hanya kehilangan benda mati, namun juga kepercayaan orang tuanya. Ia harus memulai semuanya dari awal, membangun kembali kepercayaan yang telah hancur. Jalan masih panjang, namun Biya yakin, dengan pertolongan dan dukungan orang-orang yang menyayanginya, ia akan mampu bangkit dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun