Mohon tunggu...
Yuyun Simanjuntak
Yuyun Simanjuntak Mohon Tunggu... Freelancer - Berkat

Be nature

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesosok Buat Penasaran

11 Mei 2022   13:54 Diperbarui: 11 Mei 2022   13:58 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tinggi, berjubah putih, menutup diri. Sepertinya bukan menutup diri. Dia seolah-olah menundukkan kepalanya. Tapi tampak tidak sengaja. Emang begitulah dia. Sosok tinggi, berjubah putih yang sedang berjalan menundukkan kepala. O iya ada hal menarik lainnya, sepertinya dia berjalan tanpa menginjakan kakinya pada tanah. Dan dia berjalan seperti mengikuti kebiasaannya. Saya pikir ada kebiasaaan khusus karena dia berjalan tanpa melihat ke depan. Artinya dia sudah terbiasa berjalan seperti itu dan sudah berkali-kali melewati rute itu. Saya belum bisa pastikan. Saya melihat sosok tersebut dengan berlawanan arah.

"Yuyun... Yuyun...Yuyun, mana gulanya?" Suara memanggil saya dari lokasi perumahan. Saya terdiam sejenak. Otak saya masih tertuju kepada sesosok yang baru saya lihat seperti dia. Lalu sosok tersebut melewati lintasan yang sepertinya lingkaran sehingga saya tidak dapat melihat dia lagi. Setelah itu saya bergegas berlari ke perumahan.

Setelah memberi gula kepada Kakak, saya melanjutkan kegiatan saya, bermain bersama teman-teman. Lokasi permainan kami cukup jauh dari lokasi sesosok manusia yang saya temui tadi. Perumahan kami berada di dataran rendah. Kami bermain namun hati saya masih terarah kepada sesosok manusia di daerah atas lokasi perumahaan.

Setelah selesai bermain, saya kembali ke daerah atas dengan harapan dapat memastikan siapa sesosok yang saya jumpai itu. Saya mengambil posisi tepat pada posisi saya semula. Tiga puluh menit berlalu saya tidak melihat sosok tersebut. Kaki saya mulai pegal berdiri lantas saya jongkok. Lalu saya melihat bahwa ada jalan membentuk lintasan lingkaran. Dugaan saya diawal benar. Kalau begitu sosok tersebut pastilah akan melalui rute ini lagi bukan?. Satu jam berlalu saya memposisikan diri untuk duduk.

"Yuyun lagi apa duduk di sini?" Bibi saya berjalan menghampiri saya".Loh kok Bibi disini?" sahut saya. Bibi kembali bertanya "Inikan sudah larut sore, yok pulang". Dalam hati berkata "Waduh gimana ni? entar gak jumpa lagi sama sosok yang aku tunggu". Yuyun menjawab Bibi "Iya Bi, duluan aja Bi, Yuyun mau nungguin teman". Mendengar itu Bibi curiga, sambil menarik Yuyun "Uda nunggunya di rumah aja". Yuyun pun mengikuti permintaan Bibi.

Setelah makan malam selesai, Yuyun kembali naik ke lokasi perjumpaannya dengan sesosok tersebut. Yuyun tidak merasakan ketakutan, malah sebaliknya. Yuyun merasa ada suasana damai pada sosok tersebut. Yuyun ingin berbicara kepada sosok tersebut. Sesampainya di lokasi Yuyun harap-harap cemas. Yuyun berpikir apakah dia akan berjumpa dengan sosok tersebut. Suasana semakin larut. Kondisi jalan sangat minim cahaya. Yuyun duduk menanti kehadiran sesosok tersebut. Semakin larut tak kunjung bertemu. Tidak tau perputaran waktu yang tepat saat melintasai jalur yang dilalui sesosok tersebut membuat Yuyun mulai sedih. Yuyun yang adalah gadis berusia 15 tahun itu menangis seolah-olah ia kehilangan seluruh harapannya. Yuyun tersungkur dalam tangis dan berkata-kata "Tolong lewat lagi, kali ini aja. Aku mau lihat sesosok itu". Mata tetap fokus pada satu arah. Dan mulai tampak cahaya sangat bersinar. Yuyun tidak sanggup berdiri untuk menyambut cahaya tersebut. Terangnya menyilaukan mata. Bahagianya menyulitkan kaki untuk berdiri menghampiri. Bahagia campur rasa deg-degan yang sangat hebat. Kali ini sosok tersebut sangat-sangat terang dan mengeluarkan cahaya. Yuyun sangat bahagia sambil mengamati dari jauh sesosok tersebut. Hingga sosok tersebut berlalu benarlah Yuyun bahwa ada rute khusus yang dilalui sesosok tersebut.

Mata terbuka. Melihat langit-langit kamar. Yuyun masih mengingat penuh jalan cerita mimpi tersebut. Jam menunjukkan pukul empat pagi. Yuyun mengambil buku lalu menuliskan mimpi tersebut. Suatu pengalaman yang sangat luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun