Mohon tunggu...
Yuyun Yuniarti
Yuyun Yuniarti Mohon Tunggu... Guru - Hidup seperti berjalan di atas jembatan

Teu ngakal moal ngakeul- Teu ngarah moal ngarih- Teu ngoprek moal nyapek

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesona Hutan Damar dan Balong Dalam Hutan

22 Februari 2021   23:01 Diperbarui: 23 Februari 2021   11:54 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu lintas yang macet dan cuaca mendung tidak menyurutkan  niat kami untuk melakukan perjalanan. Sejenak melepaskan diri dari hiruk pikuk jalanan dan kepenatan  rutinitas harian. Menyusuri jalanan yang sepi dari kendaraan sehingga bebas dari polusi yang menyesakan paru-paru. Sesekali saja kami berpapasan dengan kendaraan, itupun kebanyakan kendaran yang mengangkut hasil panen sayuran. Tidak terasa kami sudah berada jauh beberapa kilometer dari jalanan kota, selanjutnya jalan yang kami lalui adalah jalanan yang berbelok-belok dan makin lama makin menanjak, dengan kiri kanan jalan dan pemandangan  yang menyegarkan mata. Barisan bukit yang hijau, lembah yang penuh dengan tanaman sayuran, berbagai macam bunga indah tumbuh menghiasi pekarangan rumah-rumah penduduk, aliran sungai dengan air yang masih jernih, ada juga hamparan petak sawah yang sedang menghijau bak permadani.  Adem banget pokoknya kalau istilah dalam Bahasa Sunda tiis ceuli herang panon.  

dokpri
dokpri
Kami memang butuh udara segar, karena udara segar bisa menjadi elemen penting bagi kesehatan tubuh dan pikiran termasuk otak. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pergi ke tempat yang memiliki udara bersih dan segar.  Pemandangan, suara, tekstur, aroma , rasa dan sensasi lain yang dialami setiap hari bisa menjadi makanan bagi pikiran dan jiwa. Menciptakan lingkungan yang indah dan positif juga bisa meningkatkan fungsi otak. Menurut ahli saraf John Jonides, PhD dalam studi yang diterbitkan pada jurnal Psychological Science tahun 2008 menemukan berjalan di alam, bisa meningkatkan hasil tes memori dan perhatian sebesar dua puluh persen  (-sumber detikHealth Senin, 21 November 2011).   

dokpri
dokpri
Tujuan kami adalah Hutan Damar yang kata orang-orang berada di kampung Sayangkaak, Desa Cikahuripan, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Lokasi tidak jauh dari perkebunan Pasir Datar Indah. Kami sendiri belum tahu lokasi persisnya, menuju ke tempat ini hanya mengandalkan bertanya pada orang-orang sekitar yang kami temui ketika kami mulai ragu dengan jalan yang kami lalui. Jalan ke sini tidak mudah, karena setelah melalui jalan yang agak lebar, kami harus belok kanan masuk ke jalan sempit yang hanya cukup satu mobil. Di jalan  masuk tersebut ada tulisan "Hutan Damar" yang ditempel pada pohon.  Masuk ke lokasi sekitar satu  kilometer. Sebelah kanan jalan adalah lembah bahkan jurang, jadi harus hati-hati. Kalau kebetulan kendaraan yang kami tumpangi berpapasan dengan mobil lain, salah satu harus mengalah, mundur dulu cari tempat yang agak lebar. Kalau lihat kondisi jalan banyak yang berlubang apalagi pada musim hujan banyak air yang menggenang, lebih aman pakai motor kalau ke sini karena bisa milih-milih jalan. 

Menuju ke sini kami masuk melalui Pasar Cisaat kemudian ke jalan Kadudampit  kalau lihat jarak  di google 13,1 km dengan waktu tempuh 36 menit mungkin perhitungan jaraknya diambil lurus, tapi aktualnya kami baru sampai setelah menempuh perjalanan satu jam dengan jarak sekitar  15 km. Jalan lain bisa juga melalui Jalan Selajambe -Cibaraja-Cisaat, atau jika dari arah Cibadak bisa juga melalui jaluir Jalan Caringin yang tidak jauh dari perkebunan Pasir Datar.

Masuk ke lokasi bayar  Rp 5.000  perorang kalau hari biasa, sedangkan hari minggu Rp 8.000 perorang. Daftar harga tiket masuk, harga tiket parkir, dan harga tiket apabila mau camping di tempel di kaca loket, tapi sayang saya lupa mencatatnya. Setelah gerbang masuk ada area parkir yang tidak terlalu besar, disebelah kanan ada toilet dan mushola. Pohon damar tumbuh dengan jarak sekitar dua sampai tiga meter. 

dokpri
dokpri
Ternyata hutan damar ini merupakan Program Restorasi Ekosistem Kawasan TNGGP Pilot Project Metode Miyawaki (1 ha) dan Adopsi Pohon (17 ha) merupakan kerja sama Kementrian Kehutanan RI, OISCA, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Dan Masyarakat, upacara penanaman pohon dilakukan pada tahun 2011. 

dokpri
dokpri
Kami menelusuri jalan batu yang berada di jalur tengah, jalan sedikit ke arah kiri terdapat  museum Elang jawa dan pusat konservasi Elang Jawa, bahkan di tempat ini terdapat makam penemu Elang Jawa yang bernama Max Eduard Gottlibe Bartels atau M.E.G Bartels yang berkebangsaan Jerman adalah peneliti yang lebih fokus pada ilmu burung dan menjadi ahli burung terkenal. 

dokpri
dokpri
Lahir dan tinggal di Sukabumi, saya baru tahu kalau di sini tempat konservasi Elang Jawa, bahkan Elang Jawa di temukan di tempat ini. Pantas saja jika sesekali ketika kami foto-foto ada  burung Elang yang sedang terbang tertangkap kamera.

dokpri
dokpri
Dari museum dan makam, kami kembali ke bawah menyusuri hutan damar dari sisi yang berbeda, di bawah sebelah kanan ada beberapa spot foto dengan back ground pohon damar yang indah. 

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Tanah di bawah pohon damar sangat lembab mungkin karena sinar matahari kurang menembus ke  tanah, bahkan licin karena kebetulan waktu itu hujan.  Setelah puas foto-foto dan keliling hutan damar, tujuan kami berikutnya adalah Balong. Dalam bahasa Sunda, balong artinya kolam untuk membudidayakan ikan atau tanah rendah yang digenangi air dan berlumpur. Karena hari sudah hampir sore. Jadi kami baru bisa ke Balong pada beberapa hari berikutnya. 

Untuk mencapai Balong sebenarnya bisa menelusuri hutan damar, cuma kata orang- orang di sekitar situ jalannya masih susah dilalui. Jadi kami mengambil jalan lurus tidak masuk ke jalan hutan damar. Kiri kanan jalan yang kami lewati adalah kebun sayuran, berbagai sayuran tumbuh di sana. Bahkan di halaman rumahpun di tanami sayuran dan tumbuh subur. Tidak salah kalau tempat ini adalah surga buat sayuran. Semakin ke atas jalan semakin menyempit. Sekitar lima belas menit menuju Balong, kami menitipkan kendaraan yang kami tumpangi di halaman rumah penduduk. Penduduk di sini ramah-ramah. 

dokpri
dokpri
Kemudian kami jalan kaki sambil foto-foto supaya perjalanan tidak terasa lelah. Sesekali tercium aroma akar wangi yang menyengat. Pemandangan lain yang tak kalah indah melihat petani memanen sayurannya. Ternyata kampung ini dengan hutan damar hanya dipisahkan oleh lembah yang penuh dengan kebun sayuran. Jalan menuju  Balong masih tanah, kalau motor masih bisa masuk ke sini dan bisa parkir  di depan warung. 

Setelah jalan kaki sekitar 15 menit, kami pun sampai di tempat yang disebut Balong. Masuk ke sini cukup bayar Rp 5.000 saja. Ternyata Balong ini adalah bagian dari hutan damar juga. Hanya di tengah hutan damar ini ada kolam alias balong. Jadi kolam di tengah hutan, itu yang bikin orang-orang tertarik untuk datang ke sini.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Menuju ke loket tiket menyebrangi jembatan bambu yang dikasih atap, air sungainya bening banget. Akhirnya ketemu juga sama Balongnya, ternyata lumayan besar. Di atas Balong ada spot foto dari bambu. Fasilitas lain ada mushola bambu dan toilet bambu, ada juga warung, tapi hanya satu yang buka. Semua bangunan serba dari bambu. Pohon damar yang lurus dan menjulang tinggi dengan daun yang rapat membuat hutan ini teduh.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Setelah membuka perbekalan, kemudian kami keliling-keliling sambil mencari spot foto yang bagus. Semakin siang semakin banyak orang yang datang.  Sabaiknya bawa bekal makanan kalau ke sini, karena setelah jalan kaki yang lumayan jauh perut terasa haus dan lapar Sementara cuma ada satu warung yang jualan, itu pun seadanya. Hampir dua jam keliling dan singgah di sini,sambil menikmati indahnya hutan dan beningnya air kolam atau balong. Akhirnya kami menyusuri jalan yang sama untuk pulang. Harapan saya meskipun semakin banyak orang yang berkunjung ke tempat ini, semoga tidak cuma menikmati keindahannya saja, tapi juga menjaganya. (yuniarfhz)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun