A.Pengertian Pembelajaran Kontekstual
John Dewey, seorang filsuf dari Amerika mengembangkan pembelajaran kontekstual dari pengalaman belajarnya yang tradisional serta penelitiannya. Ia menciptakan silabus dan metode belajar dengan menyesuaikan karakter, pengalaman, dan keinginan para siswa pada tahun 1918. Akan lebih baik apabila yang dipelajari siswa sesuai kegiatan dan keterampilan yang sudah pernah diketahui dan berlaku di lingkungannya.
Kontekstual berasal dari istilah konteks, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai dua pengertian: 1) Unsur kalimat atau uraian yang membantu memperjelas atau mempertegas makna; 2) Keadaan sekitar suatu kejadian.
Pembelajaran kontekstual, juga dikenal sebagai CTL, adalah strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk menarik hubungan antara kemampuan yang mereka miliki dan penerapannya dalam situasi dunia nyata. Hal ini juga membantu guru dalam mengadaptasi pembelajaran dengan aktivitas yang dilakukan siswa di lingkungan sekitarnya. melalui memasukkan tujuh elemen penting dari lingkungan pembelajaran yang sukses, yaitu: konstruktivisme, sesi tanya jawab, penemuan, komunitas belajar, pemodelan, refleksi, dan evaluasi nyata.
Pembelajaran kontekstual menurut University of Washington (2001) dalam Triyanto (2007), adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa, mulai dari anak usia dini hingga sekolah menengah atas, untuk mengembangkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan akademiknya dalam berbagai situasi baik di dalam maupun di luar sekolah. di luar kelas untuk memecahkan masalah. dalam aktivitas sehari-hari.
Menurut Triyanto (2007), pembelajaran kontekstual adalah suatu metode pengajaran yang memungkinkan guru menghubungkan materi yang mereka ajarkan dengan pengalaman dunia nyata siswanya dan memotivasi mereka untuk membuat hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dan hal-hal yang mereka lakukan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual terdiri dari tujuh komponen pembelajaran utama yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, membuat model, pembelajaran sejati, dan komunitas penilaian.
Pembelajaran kontekstual, menurut Elaine B. Johnson dalam Riwayat, merupakan metode yang membantu otak membentuk pola yang menghasilkan makna. Elaine menambahkan, "Pembelajaran kontekstual adalah sistem pembelajaran berbasis otak yang memahami dunia dengan menghubungkan materi akademik dengan pengalaman dunia nyata siswa."
Howey R. Keneth mengartikan CTL sebagai "Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student aploy their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others" maksudnya, pembelajaran CTL memungkinkan siswa untuk belajar dengan menggunakan keterampilan dan pengetahuan akademisnya dalam berbagai suasana, baik di dalam maupun di luar kelas, baik dalam suasana sendiri maupun kelompok.
Pembelajaran yang memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), daripada hanya menjadi pendengar pasif yang menyerap semua informasi yang disampaikan guru, tentu diperlukan untuk memperkuat pengalaman belajar yang dapat diterapkan dan dimiliki siswa. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual menekankan pada pengetahuan dan pengalaman atau kenyataan (real world learning), berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Siswa juga belajar dengan gembira, tanpa merasa terbebani atau merasa bosan dan mereka dapat menggunakan sumber belajar dari mana pun.
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan pengajaran yang menekankan pada membantu guru dalam menyajikan materi kepada siswa dengan cara mengaitkan keterampilan atau bakat siswa dengan situasi dunia nyata. Hal ini dapat disimpulkan dari pembahasan di atas.
B.Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual