Dibilang liburan bukan.. Dibilang travelling juga bukan. Ini adalah pengalaman dengan teman teman seangkatan kampus ATVI (Akademi Televisi Indonesia) untuk ujian fotografi. Kali ini kita mengunjungi kota Cirebon jawa barat . Kota Cirebon merupakan kota yang dikenal dengan udangnya. Di kota ini, sudah banyak dibangun gedung beaar seperti di ibukota.
Banyak dibangun pusat perbelanjaan, hotel, dan kios kios di pinggir jalan. Mall yang terlihat di daerah ini adalah mall Yogya. Bukan sebuah  Sepanjang perjalanan, kami hanya mengamati bagaimana keadaan kota cirebon yang sebenarnya. Suasanya cukup ramai. Hampir sama seperti ibukota. Bedanya hanyalah kota cirebon ini kecil dan ibukota itu besar.
Tempat pertama yg kami kunjungi adalah Taman Religi/Taman Doa . Tempat ini terdapat sebuah gereja yg cukup besar dan bagus. Oh ya, tempat ini juga mempunyai sedikit sejarah. Terdapat sebuah patung malaikat di tengah tepatnya dekat pintu masuk. Menurut  relawan yang sudah lama bekerja di tempat itu,  Patung malaikat mikael menandakan bahwa sebenarnya manusia adalah makhluk berdosa.
Jadi, tujuan patung malikat itu diletakkan di depan pintu masuk supaya para pengunjung mengingat akan hal itu. Di taman religi juga sering terdengar beberapa kali bunyi lonceng. Lonceng yang menandakan bahwa akan ada kegiatan dari gereja. Banyak  Pendopo disini dibangun untuk tempat ibadah . Pendopo yg terbesar ada di sebelah kiri tepat sebelah pintu masuk. Berdasarkan pendapat para relawan, tempat ini adalah tempat sakral.
Dan yg datang kesini tidak hanya kominitas agama melainkan juga komunitas study seperti siswa sekolah dan juga mahasiswa. Pada malam jumat kliwon biasanya di tempat ini rutin dilakukan sebuah ritual khusus untuk sebuah kelompok tertentu. Banyak petugas yg bukan relawan bertugas untuk membersihkan tempat ini.
Taman Religi/Taman Doa
Tempat untuk putri sultan ada di bagian sebelah kanan sedangkan untuk putra sultan ada di sebelah kiri. Keraton ramai biasanya jika ada acara tertentu saja. Seperti pernikahan, pelantikan, dan masih banyak lagi.
Dan juga terdapat pusaka yang ditinggalkan oleh leluhur mereka. Terdapat  patung semar pada pintu masuk desa. Patung ini  melambangkan orangtua yg meninggalkan jejaknya. Banyak sekali  pengrajin gerabah di desa ini. Umur mereka diperkirakan sudah mencapai sembilan puluh tahun. Mereka mewariskan keahlian mereka kepada anak-anaknya dan juga cucu-cunya.
Proses untuk membuat gerabah yang pertama adalah pembentukan gerabah dengan alat putar. Setelah gerabah sudah terbentuk , gerabah dikeringkan menggunakkan sinar matahari. Setelah sudah mengering, gerabah dibakar di luar rumah menggunakkan api tungku. Proses akhir dari gerabah adalah proses penghiasan. Disini gerabah dihias sebagus mungkin mulai dari dicat, dilukis, dan lain-lain.