Mohon tunggu...
Ayu Agustina
Ayu Agustina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mikirnya simple, gak suka ribet, suka to the point kalo ngomong, benci basa-basi...hobi nonton bioskop sendiri...suka tantangan :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Capture 1 : Kisah Masa Lalu

25 Oktober 2014   00:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:50 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

EPILOG

Seseorang berjalan melangkah pergi sambil menarik koper  yang isinya penuh,  dengan deritan roda dan lantai yang bertemu.  Tak ada lambaian tangan atau senyuman mengiringi langkahnya pergi, aku hanya bisa menatap punggungya yang semakin hilang, mataku menghangat, bulir air mata menetes, dan hati ini bertanya, mengapa aku melepasnya? Kapan dia akan kembali? Pertanyaan itu tidak pernah bisaku jawab.

Pikiran konyol pun sempat hadir, apa perlu aku menahannya, berlari memeluknya untuk  pergi bersamanya.

Namun Aku membatalkan pikiran konyol itu, karena mengingat ucapan terakhir darinya sebelum pergi  “ jika kamu minta aku bertahan maka aku akan bertahan untukmu, namun jika kamu meminta aku untuk menyerah maka aku tidak akan pernah kembali untuk alasan apapun”..

Tuhan, aku tidak tahu mengapa hatiku sepengecut ini, aku takut untuk memilih. Apakah aku ingin melepasnya dengan luka dan penyesalan yang mungkin aku rasakan selamanya, atau bertahan dengannya, dan hidup bersama rasa bersalah disisa  nyawaku.

..........

Capture 1:  KISAH MASA LALU

Aku mengenalnya saat menempuh pendidikan ekonomi di UMT (Universitas Muhammadiyah Tangerang)  kami satu kelas dan jurusan selama 4 tahun.

Saat itu di kampusku setiap pengenalan Jurusan Manajemen diwajibkan mengenakan atasan putih dan bawahan hitam. Ini lucu bagiku, aku merasa seperti SPG  Mobil, bukan seorang mahasiswa. Pemandangan yang sangat tidak biasa, langka menurutku, kapan lagi aku melihat diriku dan orang lain mengenakan pakaian seperti ini, namun ada satu mahluk yang membuat mataku berhenti bergerak untuk melihat keadaan sekitar. Satu sosok yang berdiri dengan santai, atasan yang berbeda dengan mahasiswa/i yang lain, jika semua mahasiswa/i mengenakan kemeja, tapi dia menegenakan kaos polo putih polos, yang didepannya ada 3 kancing, dan satu kancing paling atas dia biarkan terbuka, tanpa sadar hatiku bergumam ‘’Ganteng’’.

Melihat dia yang berpenampilan berbeda, aku yakin dia seniorku. Secara naluri dan sudah terbiasa mengahadapi para senior saat di SMA, aku bejalan agak sedikit membungkuk dan mengucap salam.

‘’ Selamat siang ka .. ‘’

Hening, tidak ada respon dari laki-laki itu, aku yakin mengucapkan cukup keras, mana mungkin tidak terdengar. Penasaran, saat posisiku sudah agak jauh sedikit mengamatinya, aku melihat ada beberapa mahasiswa/i yang lewat di depannya, dan tetap tidak ada respon darinya.

Di dalam kelas, aku duduk di kursi dekat pintu, entah mengapa aku lebih suka tempat duduk yang menyediakan 2  pemandangan secara langsung. Suasana depan Kelas dan suasana di luar kelas, ternyata laki-laki itu masih ada berdiri, mungkin dia senior yang bertugas mengabsen para junior berpakaian Sales Mobil ini. Satu persatu suasana kelas mulai ramai, kursi sudah terisi. Aku jadi ingat masa di saat pertama memasuki SMA, suasananya hampir sama, hanya berbeda penampakannya saja.

Beradpatasi, adalah hal yang wajar dilakukan untuk para mahasiswa/i baru seperi aku ini. Berkenalan, mebicarakan apapun demi membangun hubungan dengan teman sekelas, terkadang ada di juga yang bercerita tentang prestasi saat SMA.

Bruk, gerakan dari arah belakang kursi membuatku menengok, selain menggangguku  yang sedang asik ngobrol, rasa kesal pun ikut. Mulut ini yang diawal ingin mengomel malah menjadi bisu, karena yang duduk di belakangku ternyata laki-laki yang aku kira adalah senior.

Salah seorang senior maju, untuk mencontohkan bagaimana pengenalannya. Pengenalan diri masing-masing di mulai, satu persatu berdiri untuk meperkenalkan diri, dimulai dari nama lengkap sampai tambahan informasi  mengenai kita, tanpa lupa mengucapkan salam karena ini Univesitas dengan aturan agama Islam.

“ Baiklah, sekarang saatnya memperkenalkan diri kalian dan ciri khas dari kalian agar kalian lebih mudah diingat, contohnya saya. Nama saya Abdan Fadilah Zulkarnaen panggil saja saya Bang Abteng, karena saya sangat suka timun makanya teman-teman suka panggil saya abteng (abdan bonteng), jadilah berbeda dari sekarang...”

Spontan kami semua tertawa dengan contoh pengenalan dari senior yang cukup lucu, aku kira senior di UMT punya selera humor yang kaku, ternyata tidak, aku yakin pasti akan nyaman di sini.

Tibalah untuk aku maju dan meperkenalkan diri.

“ Assalamualaikum semua ...  perkenalkan namaku Firda Fatah, teman-teman bisa panggil aku firda saja, ciri khas ku adalah (aku sedikit berfikir..) sampai seseorang mengeluarkan suara “KELING” haaahhh siapa itu siapa yang berani  menyebut kalimat itu??? Aku kira dengan masuk kuliah aku tidak akan mendapat julukan itu lagi,, tapi ternyata RAHMAD SUDIRO dia penggagas panggilan itu bergema lagi, aku terlahir dari wanita Sunda dan ayah Jawa dengan dominasi ayah pada diriku, kulit setingkat lebih gelap dan exotik yang mungkin sekarang adalah impian para model untuk memilikinya, hanya saja aku justru terlihat sedikit lebih mencolok dibanding remaja seusiaku yang putih dan kuning langsat maka itulah asal-usul yang membuat namaku menjadi Firda keling hingga saat ini...’’.

Setalahku memperkenalkan diri, majulah Rahmad Sudiro, orang yang harus bertanggung jawab karena penamaannya keling untukku, berakibat  julukan keling ini tidak akan pernah lepas dariku. Di depan kelas, dia langusng menantang kami semua untuk memberi nama panggilan untungnya. Entah mengapa, sudah kenal lama dengannya cara bicara yang sombong darinya tidak pernah hilang.

‘’ RADIO !!! ’’

Seisi kelas melihat ke arahku, dan aku menjelaskan mengapa perlu meberikannya panggilan Radio.

‘’ Menurut saya, Radio itu cocok untuk panggilan dia, Radio diambil dari singkatan Rahmad Sudiro’’.

Seakan mendapat restu dari semua anak-anak dikelas, Rahmad Sudiro merasa bangga dengan panggilan barunya.

Aku mulai hafal nama-nama teman sekelasku. Tibalah laki-laki itu maju dan meperkenalkan diri, atmosfer yang dibawannya cukup membuat wanita di kelasku terdiam, semua mata mengikuti gerak tubuhnya. Andai kejadian ini bisa dilakukan dengan Slow Motion.

“ Assalamuaikum .. nama saya Rhaka Sabill Konze,, kalian bisa panggil apa saja senyaman kalian .. asal jagan panggil saya kakak..”

Ingin rasanya tubuhku ini dihisab bumi dan hilang, atau memutar waktu, dan tidak memanggil dia ‘’kakak’’, ternyata suaraku terdengar olehnya. Tunggu, ini bukan salahku, salah dia sendiri yang berpakaian berbeda.

----------------------------------- Bersambung-----------------------------------

Penulis : Tatu Chuita

Edior : Yuuchan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun