Mohon tunggu...
Yutta Sihing Gusti
Yutta Sihing Gusti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Strata I Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta konsentrasi Media dan Jurnalistik

Lewat laman ini, akan saya tuliskan isi dan gagasan pikiran yang menjadi keresahan tersendiri. Ada baiknya pikiran tertuang dalam media dan terbaca oleh orang lain. Jangan sampai pikiran hanya menjadi sebatas pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Filosofi Teras: Sadar Bahwa Saya Tidaklah Begitu Spesial

22 April 2024   12:19 Diperbarui: 24 April 2024   17:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Stoa tempat dimana para penganut aliran stoisisme bermula terbentuk (Sumber : https://insightsgreece.com/)

Akal sehat/rasionalitas merupakan hadiah terbesar bagi manusia dari alam. Dengan melihat tujuan utama stoisisme dalam meraih kebajikan, manusia adalah mereka yang menggunakan rasio dan akalnya dalam segala tindakan hidupnya.

Sebagai makhluk sosial, manusia juga tidak bisa memungkiri bahwa hidupnya bergantung pada sesamanya manusia. Manusia sebagai makhluk sosial adalah bentuk deterministik dari hidup selaras dengan alam. Stoisisme percaya bahwa sifat alami (nature) manusia adalah social creatures (mahkluk sosial). Mengelak dari hidup sosialnya sebagai manusia adalah bentuk penentangan kemutlakan alam.

Alam juga mengajarkan akan satu keterkaitan yang terhubung. Segala hal, baik peristiwa maupun tindakan dipengaruhi oleh satu keterkaitan akan sebab dan akibat. Tidak ada peristiwa yang terjadi karena suatu kebetulan, semuanya terjadi dari rantai peristiwa sebelumnya yang saling terkait. 

"Apa yang Dapat Saya Kendalikan?"

Filsafat stoisisme mengajarkan untuk memfokuskan diri pada apa yang bisa kita kendalikan. Yang menjadi fundamental dalam ajaran ini adalah konsep perihal dikotomi kendali. Ini merupakan kemampuan manajerial diri pada konteks apa yang bisa anda kendalikan dan apa yang tidak bisa anda kendalikan. 

Kita sering menjalani kehidupan dengan memfokuskan diri pada apa yang tidak bisa kita kendalikan, seperti perhatian lebih pada opini orang lain, reputasi karir, kekayaan material, maupun perasaan cinta orang lain. Bukankah akan lebih baik ketika kita memfokuskan pada apa yang bisa kita kendalikan, persepsi kita, bagaimana anda mengambil keputusan, maupun manajerial pilihan hidup. 

Kadang kala kita terlalu terobsesi pada hal diluar diri kita, namun tanpa anda sadari hal eksternal tidaklah selamanya dapat anda pertahankan. Kencantikan, reputasi, karir, bahkan kesehatan anda mungkin akan direnggut sewaktu waktu. Perhatian lebih yang anda berikan akan berubah menjadi rasa kecewa dan penyesalan ketika anda memfokuskan pada hal eksternal tersebut. Anda hanya menjadi budak dari hal eksternal tersebut, padahal ada kebahagiaan hakiki ketika anda melihat bagaimana anda harus memandang dunia. 

Manajemen Persepsi dan Interpretasi

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa anda punya kuasa atas apa yang terjadi terhadap anda. Segala peristiwa, tindakan orang lain, dan respon sosial dapat anda persepsikan sebagaimana anda bisa.

Kadang anda sering merasa kecewa, sedih, gagal, dan emosi negatif lainnya saat anda melihat suatu kejadian tertentu. Padahal emosi tersebut terbentuk dari pikiran yang memandang suatu kejadian atau peristiwa. Perlu digaris bawahi setiap peristiwa yang terjadi di dalam diri itu sifatnya netral, namun makna akan peristiwa tersebut dapat berdampak positif atau negatif itu tergantung persepsi.

Anda punya kendali untuk memberikan value judgement pada setiap kejadian yang menimpa anda. Persepsi itu adalah hasil dari olah rasio yang menciptakan suatu emosi. Rasio dan emosi adalah 2 hal yang berkaitan. Rasio yang baik akan menuntun pada emosi yang positif. Begitulah kita mempersepsikan apa yang terjadi dalam diri kita berdasar pada penalaran yang logis. 

Premeditatio Malorum : Pesimistik ?

Ketika anda memikirkan hal yang baik dalam satu hari dan hal baik itu tidak terjadi apa yang anda rasakan? Kecewa, menyalahkan keadaan, dan merasa bahwa dunia tidak sedang bekerja padamu? Inilah yang ingin diantisipasi dari konsep premeditatio malorum. Singkatnya, premeditatio malorum adalah cara ketika anda memikirkan kemungkinan terburuk dari apa yang akan anda kerjakan. Tidak hanya berpikir suatu kemungkinan terburuknya saja, tapi juga bagaimana antisipasi ketika kemungkinan itu terjadi. Apa yang bisa dilakukan dan bagaimana menghindarinya? Ini membuat anda berpikir bila saja kemungkinan itu terjadi dan apa respon paling tepat untuk mengantisipasinya. 

Selain itu konsep ini membuat anda tidak merasa begitu kecewa dan menyalahkan keadaan ketika kemungkinan itu terjadi. Seakan anda sudah siap bahwa mungkin itu terjadi dan anda siap untuk mempersepsikan bahwa itu adalah hal yang baik karena itu diluar kontrol anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun