Mohon tunggu...
Yuthi Marada
Yuthi Marada Mohon Tunggu... Lainnya - Pengelana kata

Kau tidak akan kehabisan kata apalagi kehilangannya. Ikatlah ia dengan penamu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kelam

3 Oktober 2022   06:29 Diperbarui: 3 Oktober 2022   06:38 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terkesan menghibur karena cahayanya.

Mengikat terang gemerlap indahnya.

Nyatanya kelam yang bersemai didalamnya.

Cahaya yang gemintang bak serdadu bintang.

Memaksa masuk ke pemukiman penduduk negerinya.

Dalam lelapnya hanya ada satu sekelibat cahaya.

Dari sudut ke sudut terpancang garis yang tak tersentuh.

Jiwanya yang gelap tak pernah mau disentuh pelita.

Kini malam telah berganti suram laksana debu yang membutakan.

Menjangkiti hati siapa saja yang merindukan purnama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun