Mohon tunggu...
Yusya Rahmansyah
Yusya Rahmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Siliwangi

Seorang mahasiswa yang besar di dua pulau di Indonesia sumatera dan jawa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan featured

Di Balik Kelamnya Lubang Buaya

10 April 2020   12:06 Diperbarui: 29 September 2020   07:24 2583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soeharto dan Monumen Pancasila Sakti (Kompas.com)

Kini hampir 55  tahun sudah peristiwa tersebut terjadi, Lubang Buaya sudah tidak semencekam ketika peristiwa G30S/PKI maupun pasca peristiwa itu terjadi. 

Dulu sekitar tahun 70-an daerah sekitar Lubang Buaya masih berupa semak belukar dan pohon-pohon karet, hanya ada jalan kecil dari tanah yang melewati daerah ini, ungkap seorang nenek sebagai saksi sejarah di daerah sekitar Lubang Buaya. Lubang Buaya dulu masuk ke dalam wilayah Pondok Gede, Kota Bekasi. 

Namun, sekarang masuk ke dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta. Sebagai daerah yang berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, daerah Lubang Buaya adalah daerah yang terletak di pinggir Provinsi Jakarta sebab berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat. 

Sekarang di sekitar Lubang Buaya sudah ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor dan para pencari rezeki di siang maupun malam hari. Hutan karet yang lebat dan semak belukar sudah menghilang entah ke mana perginya, digantikan oleh jalanan aspal yang lebar dan pemukiman warga, serta toko-toko dan bangunan perkantoran. 

Walaupun sudah ramai dengan kehidupan urban warga Ibu kota, tapi tetap saja ketika masuk ke dalam Kompleks Monumen Pancasila Sakti akan terasa bahwa di daerah ini dulu terjadi suatu peristiwa yang menggetarkan jiwa bagi siapapun yang singgah di Kompleks Monumen Pancasila Sakti.

"Sekarang di sekitar Lubang Buaya sudah ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor dan para pencari rezeki di siang maupun malam hari. Hutan karet yang lebat dan semak belukar sudah menghilang entah ke mana perginya, digantikan oleh jalanan aspal yang lebar dan pemukiman warga, serta toko-toko dan bangunan perkantoran"

Ketika masuk ke dalam Kompleks, kita akan disuguhi oleh jalan panjang menuju tempat masuk museum, di pinggirnya berdiri pohon-pohon tinggi. 

Di dalam Kompleks terdapat Monumen Pancasila Sakti, terdapat patung Burung Garuda dan tujuh patung jenderal korban G30S/PKI berdiri dengan tegak, patung Jenderal Ahmad Yani yang berdiri paling depan menunjuk ke arah sebuah sumur, sumur tua tempat ketujuh jenderal ditemukan sudah tidak bernyawa. 

Namun, dibalik kelamnya Lubang Buaya yang lekat dengan peristiwa G30S/PKI, banyak anak-anak Sekolah Dasar mendatangi tempat ini untuk melakukan study tour atau belajar di luar kelas untuk mempelajari sejarah bangsa di Lubang Buaya ini, mereka tidak merasakan seram dan kelamnya Lubang Buaya yang ternodai oleh peristiwa tersebut, melainkan rasa antusias akan sejarah bangsanya sendiri. 

Mengutip perkataan Presiden Soekarno, Jas Merah “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” mungkin ini maksud Bung Karno tersebut, jangan lupakan sejarah. 

Bahkan anak-anak SD tersebut merasa bahwa sejarah bangsa sangatlah menarik untuk dipelajari dan diketahui, mereka tidak merasakan ada sesuatu yang mencekam dalam Kompleks Monumen, mereka hanya ingin mencari tahu apa yang pernah terjadi di bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun