Menyadur judul sebuah film karya sineas Dedi Mizwar "Lucunya Negeri Ini" yang berusaha memotret wajah kaum marjinal dari dekat.
Tapi dalam konteks ini yang ada bukannya kita tertawa...tetapi malah mengelus dada, prihatin, bahkan menangis karena sudah merasa tidak punya asa lagi. Warga negara/rakyat sebagai pemilik syah republik ini malah terpinggirkan oleh sekelompok orang yang merasa menjadi pemimpin.
Coba kita renungkan hal-hal ini :
- Kaum ulama. cendikiawan, rohaniawan, pemuka-pemuka agama dalam wadah lintas agama yang sedang menjalankan jihad buat umatnya dengan cara mengingatkan pemerintah (presiden) atas janji-janjinya dulu yang sudah melenceng jauh (ke arah kebohongan) malah mendapat cemoohan, kritikan-kritikan pedas, jawaban-jawaban normatif (anak lulusan SMA juga bisa jawab begitu) dari pemerintah.
- Kasus mafia pajak Gayus yang sudah sangat menggurita kemana-mana (memalukan instansi pajak, kepolisian, kejaksaan) bahkan terkesan kejaksaan dan kepolisian enggan untuk membuka siapa yang mendalangi kasus-kasus besar di perpajakan.
- Kasus korupsi bank century yang berlarut-larut, seperti sengaja di ambangkan dan tidak akan pernah di sentuh lagi. Parlemen sehebat DPR saja berani di cuekin oleh kepolisian dan kejaksaan.
- Kasus penelitian IPB terhadap sampling susu formula yang mengandung bakteri mematikan. yang tidak mau di ekspose ke masyarakat.
- Remunerasi di departemen-departemen milik pemerintah yang menghabiskan dana APBN dan APBD. padahal hal itu belum tentu akan akan menghentilan korupsi dan pungli. Karena korupsi adalah kanker jadu harus diamputasi baru sembuh.
- Yang lagi "meriah-meriahnya" adalah bursa pemilihan ketua umum PSSI yang sarat dan kasat mata muatan-muatan trik Nurdin halid cs dalam melanggengkan kekuasaannya. dan KONI serta Menegpora tidak dapat berbuat banyak menghadapi aksi mereka.
- Adalagi kasus AHMADIYAH yang sudah jelas sesat dan menyesatkan malah seperti mendapat angin dari peristiwa kemarin.
- dst..dst...(masih ribuan renungan lagi yang dapat di tulis dari "pelawak-pelawak"Â yang ada di negeri ini)
belum lagi bicara aparat kepolisian yang sangat rakus dalam melakukan TILANG pada pengemudi motor atau mobil yang berplat selain "B"
Masukkan buat Bapak Timur Pradopo anggota bapak (terutama POLANTAS sangat rakus uang kalau di jalan raya) mereka tdk segan-segan menawarkan denda damai atas pelanggaran lalulintas (menurut versi polisi) di jalan raya. bahkan ada tarifnya pak. Rp.10.000 (minimal) buat motor. dan Rp.20.000 (minimal) buat mobil. harusnya para polisi itu malu pada seragam yang mereka pakai. mereka sudah seperti preman di jalan.
Saya rindu dengan polisi yang ber-tingkah seperti bapak Hugeng Imam Santoso..yang berkarakter kuat, membela yang lemah, tidak mau di sogok.
Sampai kapan negeri ini akan "babak belur" seperti ini..Presidennya tenang-tenang saja duduk dibelakang meja saja mendengar laporan ABS dari anak buahnya. sperti bapak Rizal Ramli bilang menteri-menteri yang ada sekarang berjiwa staff hanya menunggu instruksi presiden, tdk inovatif.
Saya tidak mau di hukum Allah SWT atas dosa-dosa pemimpin. klo pemimpin sdh di ingatkan tapi tdk mengindahkan maka tunggu-lah..... Allah SWT yang akan menegur nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H