KEBERLANJUTAN
Ada sebuah keyakinan yang melintas dibenak penulis, terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan P5 di sekolah. Seandainya masing-masing sekolah memiliki ciri khas dan atau kekhususan dalam implementasi P5, utamanya pada variasi kegiatannya, tentu akan menjadikan Kurikulum Merdeka lebih kaya akan daya inovasi dan kreatifitas para guru dan murid.
Konsep merdeka belajar dalam Kurikulum Merdeka menjadi pijakan prinsip dalam menciptakan sebuah bentuk kegiatan. Bahkan sekolah akan terlihat kualitasnya dalam mengukur daya inisiatif, kreatifitas hingga inovasi yang dimiliki warga sekolahnya untuk mendukung keberhasilan P5. Bilamana hal itu bisa terwujud, tentu akan muncul berbagai bentuk kegiatan sebagai upaya menanamlan nilai-nilai luhur Pancasila pada generasi muda bangsa dan negara ini.
Disisi lain, sekolah juga tidak hanya sekedar menyuarakan dan mensosialisasikan keberadaan Profil Pelajar Pancasila. Sekolah justru menjadikan dasar atas 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila sebagai sumber inspirasi mewujudkan P5 hingga mencapai keberhasilan yang mutlak. Guru memiliki rencana yang terukur dan dapat diaktualisasi sekaligus diimplementasikan pada murid atau peserta didiknya. Tentu saja hal itu dapat dilakukan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik.
DAYA DUKUNG
Keberhasilan dalam mewujudkan P5 akan selaras dengan adanya daya dukung yang positif dan partisipatif. Bagaimana pun untuk dapat meningkatkan kualitas diri peserta didik tak dapat dilepaskan dengan kepentingan sekolah dan kepentingan bangsa ini. Sehingga daya dukung itu dapat digali dari potensi dan kearifan lokal di masyarakat sekitar sekolah.
Guru yang sudah mengantongi tunjangan sertifikasi, sejatinya berkewajiban untuk dapat berperan lebih maksimal. Minimal memiliki kemampuan untuk melakukan sosialisasi dan pembiasaan akan implementasi nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang demikian itu pasti akan mampu mendongkrak kualitas pencapaian atas perwujudan P5 di sekolah.
Sedangkan guru penggerak, pasti lebih bisa menciptakan inovasi dalam menyusun konsep sekaligus aplikasinya dalam pelaksanaan P5 di sekolah. Sebagai simbol akan peningkatan kualitas dan kompetensi guru, maka guru penggerak sudah sepatutnya melakukan berbagai inisiatif dan terobosan kreatif dalam proses pendidikan dan peningkatan nasionalisme pada peserta didiknya.
Daya dukung lainnya tentu saja bersumber dari masyarakat dan dunia usaha/industri. Melalui kerjasama yang saling menguntungkan dengan sekolah, tentu saja masyarakat dan dunia usaha/industri akan menciptakan program khusus agar mampu berkonstribusi secara nyata dalam perwujudan Profil Pelajar Pancasila. Hiterogenitas daya dukung inilah yang pada akhirnya akan mampu mendongkrak semakin tahu, mengerti, paham, memaknai hingga mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dari ketiga unsur yang dijelaskan di atas, tentu saja hanya ada tiga kesimpulan mutlak. Kesimpulan itu diambil sebagai upaya untuk memotivasi guru agar tak hanya menguasai mata pelajaran yang diampu, tetapi sekaligus mampu menjadi bahan pijakan dalam pelaksanaan pembangunan kualitas sumber daya manusia yang berpegang teguh pada Pancasila.
Kesimpulannya adalah : (1) Tingkat keberhasilan pelaksanaan P5 akan rendah bilamana para guru tidak memahami atas 45 nilai-nilai luhur Pancasila; (2) Pelaksanaan kegiatan P5 di sekolah harus lebih aktual, faktual, dan berdaya guna bagi perwujudan Profil Pelajar Pancasila; dan (3) Sekolah harus memiliki kekhasan dalam melaksanakan kegiatan P5 sekaligus mampu mengeksplorasi daya dukung masyarakat dan dunia usaha/industri.