Kangen sekolah dan sekolahan Ku! Begitulah yang terbersit diantara pikiran lelah Ku. Ingin rasanya menjerit, tapi masih terhadap Covid. Ingin rasanya memeluk pagar sekolah, tapi semua lagi dirumah.
Hari-hari Ku sepertinya kian mati saja. Bahkan hingga panggilan hari pertama Ramadan, tetap saja suasana meresahkan merebak disekeliling Ku. Para tetangga sudah mulai resah. Akankah seminggu lagi mereka bisa belanja lagi, ataukah harus benar-benar puasa total. Bayangan itu kian mencekam dengan fakta yang ada. Suami dan anaknya sudah tak bekerja karena memang dirumahkan pabriknya.
Peliknya kehidupan yang Aku lihat dan dengarkan setiap hari, benar-benar penuh keresahan. Tak terkecuali Aku yang resah dan rindu berat. Rindu dengan sekolah Ku, rindu dengan suasana kelas Ku, dan tentunya rindu dengan canda tawa teman-teman Ku. Tapi semua harus Aku tahan dalam-dalam agar tak memunculkan masalah.
Hari ini Aku coba membayangkan wajah sekolah. Sekedar untuk melepas kerinduan akan sekolah Ku yang berjuluk Sekolah Bumi Pancasila. Aku rindu menapakkan kaki ini di pintu gerbang sekolah dan bertemu dengan wajah-wajah ceria teman-teman Ku.
Sekedar pengobat rindu, Aku pun mulai berdiri dan menapakkan kaki ku di pintu gerbang sekolah. Tampak disisi kanan pintu gerbang, sosok Mahapatih Gajah Mada berdiri memegang pusakanya. Itu adalah simbol dari sosok Gajah Mada saat melakukan Sumpah Amukti Palapa. Tepat dibawah patung, tertulis jelas nama sekolah Ku.
Kini Aku mau memasuki sekolah. Pintu gerbangnya yang khas dengan sepasang gapura ala Kerajaan Majapahit, menjadi ciri khas yang sering masuk dalam anganku. Diantara gapura itu tertulis nama sekolah dan opsesinya dalam mendidik generasi bangsal yang unggul dan kompetitif.
Aku juga bayangkan, sapaan lembut bapak/ibu guru di pagi hari. Mereka menyambut kami di pintu gerbang dengan senyuman. Seolah-olah mereka berkata "Selamat Datang Anak-anak dan Selamat Mengukir Prestasi". Tapi fakta itu sudah lama tak tampak lagi. Ya, sejak Aku beserta seluruh teman-teman diliburkan akibat merebaknya virus Corona.
Ketika memasuki gerbang sekolah, Aku tengokkan kepala ke kanan. Tampak bangunan masjid sekolah yang megah dan penuh manfaat. Disitulah warga sekolah Ku melaksanakan ibadah. Mulai dari sholat Dhuha hingga sholat wajib. Bahkan seringkali tempat itu menjadi arena teman-teman diskusi usai melaksanakan sholat.
"Silahkan turun dari motor dan tempatkan di lokasi parkir yang sudah ditentukan!" ucap Pak Mubin, sang penjaga ketertiban sekolah di setiap pagi hari. Suara itu selalu terngiyang di telinga Ku saat Aku menengok ke kiri. Apalagi Pak Mubin selalu ramah menyapa seluruh warga sekolah yang hadir di pagi hari.
Sejenak Aku tengokkan kepala ke kanan. Sungguh sebuah pemandangan yang pastinya jarang ditemui di sekolah lain. Tampak berdiri sebuah monumen Pancasila. Lengkap dengan simbol dari 5 silanya yang menempel di perisai bagian dada. Tulisan Bhinneka Tunggal Ika pun tercengkeram di kedua kaki sang garuda yang gagah perkasa.
Monumen ini, menjadi sentral kegiatan Hari Kesaktian Pancasila yang biasa dilakukan sekolah Ku. Sudah tiga tahun ini, secara rutin sekolah menggelar aneka kegiatan saat peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Itu adalah keunggulan lain sekolah Ku dalam pendidikan karakter nasionalis pada seluruh warga sekolah.