Mohon tunggu...
M. Khusen Yusuf
M. Khusen Yusuf Mohon Tunggu... wiraswasta -

manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi: Gubernur Taman, Gubernur Tukang Keruk Waduk

27 November 2013   11:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:37 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Jokowi di Waduk Pluit

(Foto: Kompas)

Rasa-rasanya tidak berlebihan jika Jokowi kita sebut sebagai Gubernur Taman dan Gubernur Tukang Keruk Waduk. Selama satu tahun ini, gubernur bertubuh ceking itu seolah tak lelah blusukan dan memastikan agar program normalisasi sejumlah waduk di Jakarta berjalan lancar.

Yang paling heboh tentu saja program normalisasi Waduk Pluit. Beragam pemberitaan menggambarkan bagaimana sulitnya menggusur pemukiman illegal di sekitar waduk itu. Mulai dari kontroversi penyebutan “komunis” oleh Ahok hingga perlawanan warga yang berujung sampai ke meja Komnas HAM. Terciptalah ketegangan antara warga dengan aparat.

Ketegangan memang selalu muncul setiap kali ada penggusuran pemukiman warga, apalagi pemukiman illegal. Yang berbeda, ketegangan di masa Jokowi terjadi di atas kertas koran dan laman media online. Paling banter di meja Komnas HAM. Tidak ada kontak fisik. Bandingkan dengan penggusuran sebelumnya yang selalu berurusan dengan pentungan.

Ketegangan itu kini mengalami antiklimaks dengan (setengah) tuntasnya program normalisasi Waduk Pluit. Keberadaan taman di sekeliling waduk menjadi area rekreasi murah meriah. Ketegangan yang dulu sempat muncul seolah menguap begitu saja digantikan wajah sumringah warga yang bisa menikmati indahnya waduk pluit dengan taman yang tertata rapi.

Keberhasilan Jokowi mengubah wajah Waduk Pluit kemudian menjadi prasasti. Meski tanpa seremoni, apalagi SK resmi, taman di Waduk Pluit kemudian lebih dikenal warga sebagai Waduk Jokowi!

(http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/20/1730196/Murah.Meriah.Menikmati.Taman.Jokowi.di.Waduk.Pluit)

Ini seolah menjadi penegasan bahwa Jokowi layak disebut sebagai Gubernur Taman dan Gubernur Tukang Keruk Waduk.

Perhatian Jokowi terhadap taman dan waduk juga terlihat dengan maraknya normalisasi waduk-waduk lain pada sejumlah titik di kawasan Jakarta. Kita bisa telusuri itu di berbagai laman media online. Namun, tak lengkap rasanya jika kita tidak mengamati langsung bagaimana perubahan wajah sejumlah waduk-waduk tersebut.

Saya memang belum mengamati langsung bagaimana wajah Waduk Pluit saat ini dengan Taman Jokowi-nya. Namun, saya meyakini ada perubahan positif di sana jika membandingkan dengan geliat kegiatan normalisasi waduk dan perbaikan taman di Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong yang berada di Kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi Setu Babakan tidak jauh dari rumah saya. Sedangkan Setu Mangga Bolong tepat berada di depan rumah.

13855277661669527178
13855277661669527178

Pengerjaan Proyek Setu Babakan

Area Setu Babakan saban hari ramai dengan alat berat dengan pekerja yang dikejar waktu menciptakan pulau kecil  di tengah Setu. Jika pekerjaan pembuatan pulau itu tuntas, saya membayangkan wajah Setu Babakan yang lebih cantik dan layak menjadi salah satu destinasi wisata unggulan.

Berbeda dengan Setu Babakan, Setu Mangga Bolong tidak banyak dikenal warga Jakarta. Berdasarkan cerita warga, setu ini memang waduk baru yang dibuat pada tahun 2004 setelah Pemda DKI ‘sukses’ menggusur pemukiman illegal di sana. Jauh sebelum adanya pemukiman illegal, kawasan Setu Mangga Bolong ini berupa rawa-rawa.

Selama lebih dari lima tahun saya tinggal di kawasan tersebut, saya kerap mendengar cerita dari warga bahwa Setu Mangga Bolong akan segera dipugar, dibuatkan taman dengan jogging track mengelilingi Setu. Sayangnya, cerita tinggal cerita. Rencana tinggal rencana. Pemugaran dan normalisasi Setu Mangga Bolong hanya terdengar di warung kopi dan rerasan warga.

Saya juga sempat mendengar informasi bahwa setiap tahun sebenarnya ada kegiatan normalisasi dan penataan untuk setiap Setu, termasuk Setu Mangga Bolong. Dan ada kegiatan berarti ada penganggaran. Namun, selama saya tinggal di sana, tidak pernah terlihat ada kegiatan normalisasi dan penataan Setu Mangga Bolong.. Entah apakah kegiatan itu memang tidak dilaksanakan atau hanya dilaksanakan di atas kertas, saya tidak tahu. (informasi ini belum saya kroscek kebenarannya. Jadi khusus untuk paragraf ini perlu penelusuran lebih jauh)

138552789088235130
138552789088235130

Setu Mangga Bolong

Baru pada era Jokowi lah kegiatan normalisasi itu terealisasi. Sekeliling Setu mulai dipagari, sebagian jogging track juga sudah dibangun. Sabab hari, sejumlah alat berat terus mengeruk Setu. Membersihkan sampah-sampah dan mengeruk area Setu yang mulai mengalami pendangkalan.

Dalam beberapa percakapan saya dengan warga, mereka menyebut Jokowi di balik semua ini.

ah…tiba-tiba saya teringat Bandung Bondowoso!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun