teringat kejadian kecil beberapa minggu lalu
sepulang mengerjakan minor project di kos teman, saya pun naik mikrolet ke tempat pengambilan bis,
pas di tengah perjalanan saya ingat tidak punya uang kecil, cuma ada selembar seratus ribuan. Setelah sampai, lalu saya  kasih uangnya ke abangnya, eh kata abangnya "yaudah neng bawa aja uangnya, gausah gapapa" WOW, terimakasih abang! ^^
**
Setelah itu saya nunggu bis sambil payungan karena hujan, di belakang saya ada seorang ibu nunggu juga. setelah 10 menitan nunggu, si ibu pun ke arah saya, sambil bilang "dek Ibu numpang payungannya ya" dan saya bilang " iya bu" tapi tetep stay cool, buat jaga-jaga ibu itu ada maksud jahat. (belajar dari pengalaman, yah namanya hidup di kota besar)
Dari situ kita ngobrol-ngobrol, dia umurnya 49 tahun sama seperti ayah saya.
Ibu itu habis menjenguk anaknya yang sekolah bulutangkis Djarum (WOW keren!) dia bolos kerja hari itu karena anaknya minta ibu nya datang biar main bareng (so sweet). Terus kita cerita-cerita lagi tentang anaknya yang lagi persiapan masuk UI, suaminya yang lagi di Ambon, jadi dia sendiri di rumah.
Berlanjut sampai ngobrol tentang kemacetan Jakarta, busway, masa depan Jakarta, pemerintah, dll. dan akhirnya bis saya pun datang, tapi bis si Ibu yang ke arah Cibinong-Bogor belum datang, sementara hujan masih turun.
Dan saya pun menyodorkan payung saya untuk si ibu itu bawa, tapi si ibu menolak, dia bilang "gausah Nak, kamu aja, ibu gapapa hujan-hujanan, yang penting kamu, kamu kan masih kuliah lagi besok, biar ga sakit keujanan" ---> terharu
dia mau rela tetap kehujanan, yang penting saya tidak kehujanan padahal saya bukan siapa-siapanya (yah walaupun itu memang payung saya) dan manggil gue dengan "Nak"
dari situ gue melihat/merasakan sesuatu yang namanya Kasih seorang Ibu. sekalipun buat seorang asing. dan itu mengingatkan saya kepada Ibu saya yang sudah tidak ada.