Udara yang ada itu terkadang diam, hanya mengambang. Tak bergerak terlalu banyak, hanya sembari mengisi ruang kosong yang ada. Sesekali ikut mendinginkan ruang yang terlalu panas, namun tak berarti. Atau juga hanya menjadi semilir setengah sejuk di kulit leher yang gerah. Persis seperti sebuah ide yang tak bergerak dam lama tak diasah, pilihannya biasanya cuma satu, diam.
Diam itu bagus, tapi terlalu banyak diam justru tidak bagus. Karena akan mengurangi bobot perputaran opini yang seharusnya bisa disampaikan secara gamblang. Ada banyak kata yang bisa terucap, bukan sekedar terungkap. Namun jelas dan membekas dalam rasa dan hati. Mengembalikan dendrit otak yang sempat istirahat lama. Memilih untuk menepi dari ramainya sesak dunia ucap kata yang tak pernah usai.
Saatnya harus kembali, menggerakkan kembali udara menjadi angin yang berhembus kuat. Bukan untuk merobohkan tugu yang usang, namun justru untuk membelai pohon kecil yang hendak tumbuh. Membuka pintu cakrawala dan membiarkan perbedaannya potensialnya menjadi penggerak utamanya antara dalam pikiran dan tulisan.
Dan dengan ini saya resmikeun, untuk bisa hidup kembali !! merebut ruang kosong yang ditinggalkan dan meraih cita yang belum sempat tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H