Kabupaten Bandung - Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri dan orang lain secara efektif. EQ merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Siswa yang memiliki EQ tinggi cenderung lebih mudah beradaptasi, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah dibandingkan dengan siswa yang memiliki EQ rendah.
Drs. Rudi Rahadiansyah, Wakasek bidang kesiswaan disalah satu SMA Negeri di Kabupaten Bandung menjelaskan bahwa EQ dapat dipelajari dan dikembangkan sejak usia dini. Salah satu cara untuk meningkatkan EQ siswa adalah melalui pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter adalah proses pembentukan nilai-nilai moral dan etika yang sesuai dengan norma dan budaya masyarakat.
"Pendidikan karakter dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap positif, empati, toleransi, dan tanggung jawab. Hal ini akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa, karena mereka akan lebih termotivasi, fokus, dan berkomitmen dalam belajar," ujar Rudi.
Rudi menambahkan bahwa guru memiliki peran penting dalam menerapkan pendidikan karakter di kelas. Guru harus menjadi contoh dan teladan bagi siswa dalam menunjukkan perilaku yang mencerminkan EQ tinggi. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, berdiskusi, dan berkolaborasi dengan sesama siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
"Kegiatan belajar mengajar yang interaktif dan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi siswa. Keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di era globalisasi saat ini," tutur Rudi.
Firman Herdiansyah (17) salah satu siswa kelas XII SMA Negeri di Kabupaten Bandung mengaku bahwa ia merasakan manfaat dari memiliki EQ tinggi. Ia mengatakan bahwa ia dapat belajar dengan lebih efisien dan efektif karena ia dapat mengatur emosi dan waktu dengan baik. Ia juga dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan teman-teman dan guru-gurunya.
"EQ itu penting banget buat saya. Dengan EQ tinggi, saya bisa lebih percaya diri, sabar, dan optimis dalam belajar. Saya juga bisa lebih mudah bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok atau proyek. Alhamdulillah, prestasi saya di sekolah juga meningkat," ungkap Firman.
Sementara itu, Erika Ayu Nursifa (15) salah satu siswa kelas X SMA Swasta di Kabupaten Bandung mengaku bahwa ia masih perlu meningkatkan EQ-nya. Ia mengaku sering merasa stres, cemas, dan marah saat menghadapi kesulitan atau tekanan dalam belajar. Ia juga sering berselisih dengan teman-temannya karena kurang bisa menghargai perbedaan pendapat atau cara kerja.
"EQ saya masih rendah sih. Saya sering emosi atau panik kalau ada PR atau ulangan yang susah. Saya juga suka nggak akur sama temen-temen saya kalau ada masalah atau beda pendapat. Saya pengin bisa lebih tenang, santai, dan bersahabat dengan semua orang," ucap Erika.
Erika berharap bahwa sekolah dapat memberikan bimbingan atau pelatihan tentang cara meningkatkan EQ kepada siswa-siswi. Ia berpikir bahwa hal ini akan sangat membantu dirinya dan teman-temannya untuk belajar dengan lebih baik dan bahagia.