Mohon tunggu...
Yusup Bara Septian
Yusup Bara Septian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Yusup Bara Septian, Mahasiswa aktif pada Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Sultan Agung Semarang. DOSEN PENGAMPU : Dr. Hj. Ira Alia Maerani, SH., M.H. (Dosen Fakultas Hukum UNISSULA)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran Pancasila dalam Pembentukan Kebijakan Publik

4 Januari 2025   22:55 Diperbarui: 4 Januari 2025   23:11 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila, sebagai dasar negara Republik Indonesia, memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kebijakan publik. Sebagai ideologi bangsa, Pancasila bukan hanya menjadi landasan hukum tetapi juga panduan dalam mengambil keputusan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks pembentukan kebijakan publik, Pancasila berfungsi sebagai pedoman moral dan etika yang mempengaruhi proses pengambilan kebijakan di berbagai sektor, seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik.

1. Pancasila sebagai Landasan Filosofis dalam Kebijakan Publik

Pancasila terdiri dari lima sila yang mencerminkan nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi dalam setiap kebijakan publik yang diambil. Lima sila tersebut adalah:

  • Ketuhanan Yang Maha Esa: Mendorong kebijakan yang mengedepankan nilai-nilai spiritual dan menghormati kebebasan beragama, serta memperkuat kerukunan antar umat beragama.
  • Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Mengedepankan kebijakan yang berorientasi pada hak asasi manusia (HAM) dan keadilan sosial, serta menjaga agar kebijakan tidak merugikan kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.
  • Persatuan Indonesia: Menjadi prinsip dalam merumuskan kebijakan yang dapat menyatukan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, menjaga integrasi nasional dan mengatasi perbedaan etnis, budaya, dan agama.
  • Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: Menekankan pentingnya demokrasi dalam proses pengambilan kebijakan, dengan melibatkan masyarakat dan lembaga perwakilan dalam setiap tahapan keputusan.
  • Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Mendorong kebijakan yang dapat memberikan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa ada diskriminasi.

2. Pancasila sebagai Penuntun Moral dalam Pembentukan Kebijakan

Kebijakan publik yang berlandaskan pada Pancasila tentu tidak hanya mengutamakan aspek hukum dan administratif, tetapi juga memperhatikan aspek moral dan etika dalam pengambilan keputusan. Setiap kebijakan harus mengedepankan prinsip keadilan, kemanusiaan, dan kesejahteraan bersama. Pancasila memberikan arah untuk menciptakan kebijakan yang mengutamakan kepentingan rakyat banyak dan bukan hanya segelintir golongan.

Misalnya, dalam kebijakan pembangunan ekonomi, Pancasila mendorong agar kebijakan tersebut tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada distribusi kesejahteraan yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat, menghindari kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin lebar.

3. Pancasila dalam Kebijakan Pemerintahan yang Demokratis

Prinsip kerakyatan yang ada dalam sila keempat Pancasila menjadi dasar untuk membentuk kebijakan publik yang demokratis. Proses pengambilan kebijakan harus melibatkan rakyat melalui mekanisme yang adil dan transparan, seperti musyawarah, forum perwakilan rakyat, atau referendum. Pemerintah sebagai wakil rakyat harus mendengarkan dan merespons aspirasi masyarakat untuk menciptakan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan rakyat.

Misalnya, dalam pembentukan kebijakan kesehatan, pemerintah harus mendengarkan aspirasi masyarakat mengenai akses kesehatan yang merata, serta memastikan bahwa setiap kebijakan yang dibuat dapat diterima dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat.

4. Pancasila dan Kebijakan Sosial yang Inklusif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun