Mohon tunggu...
Yusup Bachtiar
Yusup Bachtiar Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Kewarganegaraan, Founder Bekasi Progresif

Pejuang Pendidikan, Pendidik Pejuang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orientasi Keilmuwan yang Tak Tepat Guna

24 September 2013   14:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:28 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melihat kondisi negera ini nampaknya masyarakat sudah hampir mengalami ketidakpercayaan terhadap keadaan yang sedang dihadapi sekarang ini. Tentunya ini disebabkan oleh beberapa permasalahan yang hampir mendasar dan menyentuh unsur terdekat bagi masyarakat Indonesia. Ketidakpercayaan tersebut tentunya dilontarkan kepada stock holder ataupun sang penguasa negeri ini yakni pemerintah. Entahlah siapa itu pemerintahnya namun yang menjadi sorotan penulis bukan untuk menyalahkan atau menghakimi sedini ini, akan tetapi mari kita mencoba menelaah penyebab kekhilafan ini semua.  Sekarang ini kita tengah dihadapi dengan  merosotnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar yang saat ini hampir mencapai kisaran RP. 12.000 dan ini merupakan hal yang amat pelik jika tak terselesaikan dengan baik. Lalu permasalahan muncul kembali yang ditenggarai oleh langkanya pasokan kedelai karena hal tersebut merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia.

Lalu dimanakah peran keilmuwan saat ini,  disaat keadaan yang terus dihadapi seakan terus menghimpit negeri ini? Jika kita analogikan peran keilmuwan saat ini bias antara ada dan tiada keberadaannya.  Mengapa demkian karena realitanya banyak output Universitas yang mencetak generasi keilmuwan belum teroptimalkan dengan baik. Padahal jika permasalahan aspek-aspek yang ada di negeri ini bisa disikapi atau bahkan para mahasiswa ataupun dosen bisa turut andil dalam menangani hal tersebut, kemungkinan itu bisa meminimalisir kemelut perkara yang ada. Selama ini yang terjadi banyak lulusan Universitas yang bekerja tidak sesuai dengan latarbelakang keilmuwannya. Menurut berbagai surveidari dalamdanluar negeri, hanya sekitar 50% lulusan universitas yang bekerja di pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. (Data yang dari Indonesia bervariasimulai dari 25sampai setinggi 80%, tapi rata-rata 50% (andri0204.wordpress.com). Selain itu pejabat-pejabat pemerintahan yang ahli dibidang telematika malah mengurusi ranah kepemudaan dan olahraga, yang berkecimpung di dunia teknik pun malah mengurusi ranah pendidikan dan budaya, dan lain sebagainya. Melihat keadaan seperti ini tentunya menjadi sebuah pertanyaan bagi kita. Apakah negeri ini akan terus dibangun oleh orang-orang yang bukan berdasarkan bidang atau keahliannya.  Jika dikatakan dalam konsep pengelolaan organisasi maka hal yang harus diperhatikan adalah Right Man In The Right Place. Oleh sebab itu yang menjadi harapan dan konsepsi tentunya permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan maka orang-orang yang paham tentang ranah pendidikan lah yang mengakomodir hal itu, orang-orang yang mengerti tentang permasalahan energi tentunya yang mengerti tentang ranah tersebut, orang-orang yang mengerti masalah pangan maka mereka lah yang mengerti akan ranah tersebut dan permasalahan lainnya pun harus sesuai dengan latarbelakang keahliannya. Semua itu diharapkan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang mendasar karena ketidakmampuan dalam menanganinya. Memang teori tak seindah realita namun teori hadir karena keberadaan realita yang dihadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun