Berawal dari masa lalu, semangat dan penyejuk jiwa adalah orang tua dan keluarga yang utama, namun seiring berjalannya roda kehidupan,,kitapun tumbuh dewasa melewati batas batas keingintahuan yang terkadang justru membuat kita terjebak bahkan hancur ke dalam jurang sandiwara dunia yang fana.
Dulu, di waktu kecil orang tua ku pernah bilang bahwa mereka memang tidak punya apa apa untuk diwariskan, mereka cuma bisa memberikan kehangatan keluarga beserta tanggung jawab kepadaku, dan bertanggung jawab atas kehidupanku kelak adalah warisan yang paling berharga,,, namun aku sering menganggap mereka sebagai orang tua yang pelit , pernah juga berkhayal punya orang tua lain yg gemar memberikan apapun yg aku pinta. tak pernah terbayang kata-kata itu akan berlaku ketika diriku tumbuh dewasa seperti ini
Sewaktu kecil sama seperti anak kecil biasanya disekolah secara murni aku bersikap polos dan cuma memang agak sedikit nakal namun masih dalam taraf sewajarnya, berlari kesana kemari, tidak pernah ketinggalan bola sepak di dalam tas, berpakaian rapi di pagi hari dan seperti gembel di siang hari...Ibuku sering memarahi melihat pakaian kotorku yang bertumpuk sehabis bermain bola, ibuku memang sedikit pemarah dibandingkan dengan ibu tetangga sebelah rumahku, tapi ibu sosok yang sangat penyayang, mungkin sikap terlalu sayangnya menyebabkan dia sering memarahiku, dan aku juga tak terlalu mempersalahkan itu. dari dulu aku memang anak yang berprestasi, bertolak belakang dengan sikap dan sifatku yang pemalas dan tidak suka hal-hal yang merepotkan, di sekolah kerjaanku cuma bermain bola dan membaca komik, tapi ketika mood sedang bagus aku mengikuti pelajaran serius hingga seribu persen :v
Dirumahpun suasananya ceria dan membuat hariku sungguh berwarna. ada ayah yang pulang dari kebun selalu menanyakan bagaimana nilaiku di sekolah, tentu saja kertas ulanganku tak pernah mengecewakan ayah. begitupula Ibu, dia sudah siap dengan makanannya, menyuruhku mencoba menu yang lidahku tak pernah mengatakan tidak enak hingga sekarang :) di depan TV kakak dan adik selalu bertengkar oleh remote TV,, diluar pun teman-teman sudah menanti,, tidak kenal yang namanya tidur siang ,aku cuma bergegas ingin menjelajahi dunia dan indahnya bermain bersama sahabat-sahabatku hingga mentari kembali ke peraduannya, "Pantang pulang sebelum Maghrib" mungkin begitulah slogan kami. pulang disaat gelap tentu saja membuat ibu mengeluarkan kata-katanya, namun itu cuma sekedar numpang lewat ditelinga,, Pulangnya sang Abang dari Perkuliahannya di kota membuat suasana tambah ceria, apalagi dengan oleh-oleh sesuai yang ku minta. "Komik dan Apel" dua benda yang tak pernah lupa dibawakan sang Abang. Sebelum kantuk tiba pecahlah kehangatan khas keluarga kecil yang bahagia dibalut dengan pertengkaran kecil kami dalam pembagian makanan. sungguh indah!!
hari demi hari berganti, laju sang waktu tak dapat dihentikan, kedewasaan pun diuji , merasakan pahitnya kehidupan dunia, memahami sedikit arti cinta , menemukan dan kehilangan sosok pengisi jiwa hingga kehilangan arah. mencoba mendekati dunia anak muda sehingga menggoyahkan iman dan nasehat orangtua. ditambah lagi dipaksa melihat pertikaian antara keluarga yg dahulunya tidak pernah terpikirkan sama sekali .
Balap-balapan, berkelahi, mempermainkan wanita dan meneguk minuman hina walau hanya sekedar rasa ingin tahu sering kulakukan . sampai -sampai semua orang gerah dengan sikapku yang keras kepala, ditambah lagi dengan jatuhnya ekonomi keluarga, dan menuanya sang ayah. Berpulangnya sang kakak serta abang yg seolah jarang pulang karna pertikaian antara keluaga besar juga merupakan satu rentetan duka nestapa yang menggoncang seluruh semangat hidup di dunia. tidak ada canda tawa lagi seperti dahulu, tidak ada lagi kakak yang membujukku, tak ada lagi ibu yang membangunkan ku saat teman-temanku sudah menunggu untuk bermain bola. ya, tak ada lagi kehangatan itu, entah kapan semuanya seperti dulu, entah kenapa jiwa dan hati meronta agar tidak menyerahkan nyawa. merasakan saat-saat seperti itu akan masih bisa terulang
Langit senja yang kulihat selalu memancarkan warna suram, bintang dan bulan terlihat enggan menyapa,, tak ada lagi penghibur di jiwa,, entah sampai kapan aku akan melihat warna menyedihkan ini.
namun saat-saat inilah kata-kata mereka,, kata-kata orang tua yang dulu aku abaikan berguna bagiku, bahwa aku akan dan harus menerima warisan dari mereka, warisan yang tidak bernilai bagi orang lain namun sangat mahal bagi kehidupan, warisan tanpa bentuk yang disebut "tanggung jawab",, tanggung jawab atas diri sendiri,tanggung jawab atas keluarga !!, mengembalikan senyuman pada diri mereka yang sudah tua.
Memang berat melihat semua sahabat-sahabat sudah bepergian ke tempat yang mereka suka, keinginan dan cita-cita yang kami inginkan dari kecil mereka sudah dapatkan itu,, memang terkadang rasa iri mendera jiwa namun kenangan tentang indahnya masa pulang bersama disaat senja seolah menutupi penyakit iri di jiwa.
Merasa terbaikan , merasa terbuang dari surga kehidupan ,,hingga malam ini kesedihanpun masih belum sirna. tampak nyata di wajahku yang sudah lelah. berusaha menutupinya dengan senyuman dan canda tawa, menipu semua orang dan berkata "aku baik-baik saja"
tapi warisan itu, tanggung jawab itu perlahan menghapus noda suram kehidupan, mencoba menata kembali hari yang kelam sambil berharap sinar mentari menghapus semua kesedihan di bumi. berusaha melakukan yang terbaik meski sering dianggap tidak berarti..semangatku tak pernah menepi, aku yakin masa depan tidaklah seburuk itu,, selagi aku masih berusaha walaupun takdir yang digariskan itu buruk aku akan bisa mengubahnya....lagipula masih ada seseorang disana yang menunggu kedatanganku, menantiku dengan sebuah senyuman.