Mohon tunggu...
Yusup Zaenal M
Yusup Zaenal M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sejarah peradaban islam

Membaca menulis dan berkarya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pengaruh Pemikiran Muhamad Abduh Pada Zaman Modernn

16 Desember 2024   23:23 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:07 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Muhammad Abduh (1849--1905) adalah seorang ulama, reformis, dan intelektual Muslim asal Mesir yang dikenal sebagai pelopor gerakan modernisme Islam. Lahir di  Mahal lat Nasr, Delta Nil, ia menempuh pendidikan agama di Universitas Al-Azhar dan terinspirasi oleh pemikiran reformis Jamaluddin al-Afghani. Abduh mendorong umat Islam untuk kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan Sunnah dengan membuka ruang bagi ijtihad (pemikiran kritis) guna menghadapi tantangan zaman modern. Ia menekankan pentingnya pendidikan yang mencakup sains dan teknologi, serta menyerukan reformasi hukum Islam agar relevan dengan kebutuhan masyarakat. Sebagai Mufti Mesir sejak 1899, ia memperkenalkan penafsiran hukum yang progresif, khususnya terkait isu sosial dan ekonomi. Pemikirannya yang mengintegrasikan Islam dengan rasionalitas dan ilmu pengetahuan tercermin dalam karyanya, Risalah at- Tawhid. Abduh meninggal pada 1905, tetapi gagasan-gagasannya terus memengaruhi perkembangan Islam modern dan menginspirasi gerakan reformasi di dunia Muslim.

Muhammad Abduh, yang hidup dari 1849 hingga 1905, adalah salah satu figur penting dalam sejarah peralihan Islam. Dia adalah ulama, filsuf, dan reformis Mesir yang berhasil memadukan tradisi Islam dengan modernitas, membuat pemikirannya tetap relevan hingga hari ini. Fokus gagasannya adalah rasionalitas, perbaikan hukum Islam, dan peningkatan kualitas umat Muslim, yang memiliki dampak besar pada dunia Islam kontemporer. Menurut Muhammad Abduh, Islam adalah agama yang rasional dan mendorong umatnya untuk berpikir kritis, sehingga sangat penting untuk memahami ajarannya dengan akal. Abduh menekankan bahwa akal dan wahyu saling melengkapi, bukan bertentangan. Pemikiran ini sangat relevan saat ini, terutama saat umat Islam menghadapi tantangan kontemporer seperti sains, teknologi, dan globalisasi. Metode ini digunakan oleh banyak intelektual Muslim modern untuk menjelaskan bahwa Islam tidak bertentangan dengan melainkan membantu kemajuan ilmu pengetahuan.

Selain itu, Abduh terkenal karena upayanya untuk mengubah sistem pendidikan Islam. Ia menyatakan bahwa sistem pendidikan tradisional terlalu menekankan hafalan dan mengabaikan pemahaman mendalam dan ilmu pengetahuan modern. Untuk menciptakan generasi Muslim yang seimbang secara spiritual dan intelektual, ia menyarankan kurikulum yang mencakup ilmu agama dan ilmu sekuler. Saat ini, dapat dilihat bagaimana institusi pendidikan Islam modern, seperti madrasah dan universitas Islam, berkembang, yang menggabungkan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan modern. Pemikiran Muhammad Abduh tentang hukum Islam juga memiliki dampak yang signifikan. Ia menekankan bahwa ijtihad---penafsiran bebas dari teks Islam---sangat penting untuk menyesuaikan hukum dengan tuntutan zaman. Ia menentang taklid buta terhadap pendapat ulama sebelumnya. Gagasan ini mendorong perubahan dalam berbagai bagian hukum Islam, seperti undang-undang keluarga,ekonomi syariah, dan diplomasi global. Ulama dan cendekiawan saat ini terus menggunakan ijtihad untuk menangani masalah baru seperti perbankan, hak asasi manusia, dan lingkungan.

Selain itu, Abduh mendorong umat Islam untuk keluar dari keterbelakangan dengan meningkatkan pendidikan, persatuan, dan kemandirian ekonomi. Ia berpendapat bahwa umat Islam harus memiliki kemampuan untuk bersaing dalam dunia kontemporer tanpa kehilangan identitas religiusnya. Saat ini, berbagai program berbasis Islam, seperti pengembangan ekonomi syariah, koperasi berbasis syariah, dan gerakan sosial untuk mengatasi kemiskinan, menunjukkan gagasan pemberdayaan umat. Dialog agama dan toleransi didorong oleh pemikiran Abduh tentang universalitas dan inklusi Islam. Ia percaya bahwa Islam dapat berfungsi sebagai cara untuk membangun hubungan yang sehat dengan agama lain. Metode ini sekarang menjadi dasar bagi banyak upaya untuk mewujudkan perdamaian dan harmoni antar umat. beragama, terutama ketika ada konflik yang seringkali melibatkan perbedaan keyakinan.

Pemikiran Muhammad Abduh sangat membantu pembaruan Islam di zaman sekarang. Banyak tokoh dan institusi hingga saat ini dipengaruhi oleh semangatnya untuk menggabungkan tradisi dan modernitas. Warisan utama Abduh, termasuk rasionalitas, pembaruan pendidikan, reformasi hukum, pemberdayaan umat, dan dialog antara agama, relevan dengan tantangan zaman sekarang. Pemikiran Abduh menunjukkan bahwa Islam adalah sistem nilai selain agama yang dapat membantu kemajuan peradaban. Dengan warisannya, umat Islam dimotivasi untuk terus maju, berubah, dan memberikan kontribusi dalam dunia yang semakin kompleks tanpa kehilangan identitas keislaman mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun