Sejenak berhenti mengagumi bianglala, jangan berlebih kagum biarkan indahnya berlalu segera
Awan berserat-serat melaju lambat seiring hujan reda, angin dingin bertiup berbisik "cukup"
Ya, kuatku tak selincah dulu gejolak cinta tak lagi jadi tujuan utama waktunya "diam saja"
Lidah dolak dalik jangan di percaya sebab nyatanya dia dengan siapa, sudah "cukup"
 Nama Tuhan hanya di bibirnya kesukaannya adalah meremukkan hati menggores luka
Mari, rehat sejenak jangan berlebih kagum dia hanya manusia biasa yang cintanya redup
Berlebih manis akan berasa pahit, cinta sejati memberikan damai sejahtera
 Jangan gusar hati bukankah aku dulu juga demikian ? lantas mengapa aku menuntut dia sempurna ? tak tahu diri !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H