Mohon tunggu...
Yusuf Yanuar Y.
Yusuf Yanuar Y. Mohon Tunggu... Lainnya - .

...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan | Undangan bagi Jiwa yang Lemah Lesu

23 Agustus 2023   10:11 Diperbarui: 23 Agustus 2023   10:30 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbisik jiwa yang di jerat gelapnya tahun-tahun, meronta ingin segera berlari liar melompat-lompat seperti anak kijang, tidak ! Bahkan jeratnya makin kuat sekuat cengkraman mulut buaya, seperti kuku-kuku elang yang perkasa, jerat yang dianyam dari segala keinginan kemakmuran, juga dari jalinan-jalinan cinta-cinta kusut yang menggumpal mengeras sekeras intan, seperti jaring pukat yang mengurung jiwa dan terus menjaganya tenggelam di kedalaman asa. Berharap kembali di waktu kehampaan lalu menuntut Dia ; "masakan Tuan menempatkan aku di antara semak belukar, bukankah di seberang sungai itu ada bukit-bukit hijau nan permai semua keindahan di Eden ada disana ? Mungkin akan senang seumur hidupku jika Tuan membaringkan aku di bukit itu". Omong kosong ! Bahkan aku tak mampu mengingat bagaimana setiap tubuhku ditenun.


Di dalam kegelapan samudera perenungan sembari jerat semakin menekan, aku melihat cahaya yang dari atas, membuat sakit mataku, terang yang melahap segala terang. Oh, Tuanku sungguh telah bermurah hati menghampiriku dengan kehangatan damai-Nya di urai setiap jerat jaring yang melumpuhkan jiwaku dan seperti rumput kering segala yang mengikatku di dalam tangan-Nya. Kata-Nya : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu". Segera segarlah jiwaku, demikian otot-otot segenap tulang-tulangku dikuatkan oleh Firman-Nya yang hidup, aku berlarian melompat-lompat seperti anak-anak kijang, melompat setinggi elang melayang. Dalam sukacitaku kemudian aku sujud menyembah Tuhan dan Allah ku, tempat perlindungan perteduhan yang abadi, aku ditenun-Nya dalam keindahan rancangan buatan tangan-Nya.


Jika oleh karena gelapnya dunia aku mengutuki waktu kelahiranku, maka oleh karena terang Tuhan aku mensyukuri waktu kelahiranku dan segala hari-hariku ! Dia Allah dalam segala kemegahan yang menopang segala yang ada semesta bergerak oleh karena titah-Nya, maka dalam segala kebesaran-Nya, Tuhan adalah penopangku yang Maha Perkasa. Bahkan jika samudera mengering, tanah-tanah tandus dan hanya tersisa semak belukar, mata air tak lagi memancar keluar dari bumi, aku akan tetap hidup dalam kenyang dan tidak akan haus sebab Dialah roti hidup dan air hidup yang tidak akan pernah habis, Tuhan Juruselamatku, Kristus Yesus ! undangan bagi jiwa-jiwa yang lemah lesu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun