Sudah menjadi rahasia bersama bahwa persaingan dalam dunia kerja begitu ketat. Ketika satu lowongan dibuka, maka ada setumpuk kertas yang saling beradu di satu meja.Â
Mengapa ini terjadi? Sebab sebagian besar dari kita memang lebih memilih menjadi job seeker ketimbang sebagai job maker. Di lain sisi, mendapatkan pekerjaan yang layak juga menjadi impian bagi kita semua.
Jika berkaca pada kondisi saat ini dengan situasi pandemi covid-19, maka lapangan pekerjaan masih cukup terbuka luas di sejumlah sektor.Â
Umumnya, keberhasilan dalam persaingan mendapatkan pekerjaan itu bergantung dari kesesuaian antara posisi yang tersedia dengan spesifikasi yang dimiliki. Semakin dekat kita dengan kriteria yang dibutuhkan, maka akan semakin besar pula peluang kemenangan dalam persaingan itu.
Namun di balik itu semua, maka ada suatu fakta bahwa orang dalam juga memiliki andil atas kemenangan yang diraih dalam peraduan itu. Kita semua barangkali telah mengetahui dan bahkan pernah menjadi korban dari permainan ini. Ketika kita yang telah memenuhi spesifikasi harus mengalah demi mereka yang memiliki koneksi.
Koneksi dengan orang dalam pun sejatinya juga penting untuk dimiliki, karena itu bagian dari upaya dalam membangun jaringan di dunia kerja. Namun yang menjadi perkara adalah ketika kapasitas yang dimiliki si orang dalam ini digunakan untuk meloloskan kandidat yang sebenarnya tidak memenuhi spesifikasi.
Terkait dengan hal ini pula, seorang teman pun telah memberikan sebuah pengakuan, bahwa ia kini menyadari mengapa dahulu amplop coklatnya selalu ditolak. Alasannya sederhana, jumlah pelamar yang banyak, sementara kuota yang dibutuhkan terbatas. Sementara itu ada kekuatan koneksi yang siap menghantam dan mengalahkan sejumlah amplop itu, termasuklah untuk dirinya.
Barangkali cerita ini tidak ditemukan di setiap sektor lapangan pekerjaan, namun kita pun tidak menampikkan akan hal itu ada dalam dunia kerja. Syukur bagi mereka yang terpilih karena bantuan dari orang dalam ini dapat beradaptasi dengan baik dan menuntaskan tanggung jawabnya. Namun bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya?
Akhirnya, cerita ini hanyalah sebagai motivasi bagi diri untuk terus memperbaiki kualitas. Yakin dan percayalah bahwa segala bentuk jatah dunia telah diatur yang Kuasa. Jika secara spesifikasi kita telah cukup mumpuni namun tetap menemui kebuntuan, barangkali ada yang salah dengan hubungan di langit.
Oleh karenanya, memperbaiki kualitas diri tidak hanya perkara horizontal namun juga harus secara vertikal. Demikianlah, semoga ada manfaat dan hikmah yang dapat diambil dari cerita sederhana ini. Bagi kita yang saat ini sedang berusaha mendapatkan pekerjaan terbaik, teruslah berjuang, sebab rezeki hanya akan Tuhan berikan kepada hamba-Nya yang mau berikhtiar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H