SBY dan Demokrat lagi nimbang nimbang mau buat poros baru pencapresan atau ikut koalisi yang telah ada atau bersikap netral alias tidak mencalonkan dengan membangun poros baru dan tidak bergabung dengan koalisi yang telah terbentuk. Sepertinya pilihan ada antara membangun poros pencapresan sendiri atau netral.
Pada saat ini wacana yang sedang digulirkan bahwa Demokrat akan mencoba menjajaki pencapresan sendiri. Namun pencapresan tersebut arahnya bukan mencapreskan pemenang konvensi, tetapi mencapreskan figur lain di luar capres konvensi, yaitu membidik Sri Sultan Hamengkubuwono X. Sebagaimana pernyataan beberapa elit petinggi Demokrat , penjajakan Sultan HB X sebagai capres akan dilakukan terlibih dulu, namun apabila tidak bisa tercapai, pilihan kemana arah Demokrat akan memilih sikap netral.
Loh loh loh! Demokrat kan menyelenggarkan konvensi bukan untuk menetapkan cawapres? Betul. Demokrat melalui konvensi tetap akan putuskan siapa pemenangnya. Namun, pencapresan pemenang konvensi tidak akan bisa diwujudkan karena elektabilitas pemenang konvensi sulit untuk memenangi kontestasi pilpres, sehingga realitasnya Demokrat akan sulit mengajak kawan koalisi untuk mendukung pencapresan pemenang konvensi. Demokrat terpaksa merubah sekenario pemenang konvensi ditetapkan sebagai cawapres.
Bagi Demokrat, alasan memilih Sultan karena elektabilitasnya bisa bersaing dengan dua kandidat bakal capres lainnya, yaitu Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Sebagaimana berdasarkan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Jokowi berada di kisaran 5-26 %, sementara Prabowo 17-18 %. Di posisi ketiga, ada Sultan dengan 15 % yang coba dipasangkan dengan salah satu peserta konvensi hasilnya juga sama 15 %. Sementara massa mengambang 41 persen.
Menarik tentunya kalau Demokrat berhasil bidik Sri Sultan HB X jadi Capres dipaketkan dengan Capres Konvensi Demokrat yang dijadikan cawapres. Normatifnya, Demokrat seolah-olah ingin memunculkan calon alternatif diluar Jokowi dan Prabowo. Ya harus ada kuda hitam, begitulah kira-kira. Itu pun kalau Raja Jawa itu mau.
Lantas Siapa kawan koalisi? Koalisi yang bisa digalang Demokrat sementara ini bisa mengajak HANURA dan PKS. Bila berdasarkan persentase perolehan kursi apabila Demokrat, Hanura dan PKS bergabung memiliki dukungan kursi lebih dari 20%, berkisar 117 kursi. Dengan total 117 kursi, dukungan kursi telah melebihi syarat min 20% kursi (112 kursi) partai atau gabungan partai bisa nyapreskan.
Apabila koalisi poros Sultan bisa terwujud, maka pilpres 2014 akan berlangsung 2 putaran. Pada putran pertaman Juli mendatang, poros Sultan sangat berpotensi besar menyodok Prabowo tak ikut lagi di putaran kedua. Nah putaran kedua, jadilah Jokowi vs Sri Sultan Hamengkubuwono X (sesama gubernur beradu).
Memunuculkan poros Sultan menjadikan persaiangan suara akan ketat bila dilihat dari hasil survei LSI tersebut baik pada putaran I maupun putaran II. Pilpres putaran kedua pasti semakin seru. Truss siapa ni yang bakal menang, antaran Jokowi dan Sri Sultan HB X ?
Jika dilihat dari petanya, apabila Sultan bisa masuk pada putaran II, ya Sultan bisa mendapat tambahan kekuatan poros Prabowo. Karena sepertinya tidak memungkinkan bagi Prabowo akan bergabung dengan PDI-P. Menang dong Sultan?
Dari sini tampak seoalah konstalasi politik pilpres mengindikasikan adanya gerakan politik asal jangan Jokowi atau capres PDI-P yang menang. Maka pertarungan 1999 terulang lagi, capres PDI-P gatot alias gagal total. Pileg 1999 & 2014 berjaya buat PDI-P, tapi capresnya nyungsep sep. Masak sih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H