Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Siswijayanto.
Muhammad Yusuf Siswijayanto. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa.

Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelah?

28 Maret 2023   18:04 Diperbarui: 28 Maret 2023   18:15 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengelana itu datang kembali.
Ia menepikan kendaraannya.
Penjelajah itu berlabuh kembali.
Ia menambatkan kapalnya.
Bersandar saja, bukan untuk mengistirahatkan besi-besi mati,
Itu.
Bukan untuk membiarkan udara dan senyawa pendingin,
Bekerja tanpa ada dukungan dari tekanan api,
Maupun pompa mekanis, maupun elektris.
Bukan untuk menunggu cairan oli kembali,
Pada nampan mesin ataupun tangki hisap dan tampung yang disanding.
Pengelana itu menelusuri pasar, mencari penjual yang ingin membeli,
Tangkapannya.
Miris mengapa dari jauh ia tidak sempat untuk jadikan tangkapannya siap untuk disaji.
Penjelajah itu mencarikan rezeki untuk anak dan istri.
Lelah tidak pernah ia simak, dengar, amati, maupun dipirsanya.
Air mata dan peluh keringat,
Hanya sebagai pendingin wajah,
Agar tetap tersenyum,
Penuh sayang, penuh kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun