Pengelana itu datang kembali.
Ia menepikan kendaraannya.
Penjelajah itu berlabuh kembali.
Ia menambatkan kapalnya.
Bersandar saja, bukan untuk mengistirahatkan besi-besi mati,
Itu.
Bukan untuk membiarkan udara dan senyawa pendingin,
Bekerja tanpa ada dukungan dari tekanan api,
Maupun pompa mekanis, maupun elektris.
Bukan untuk menunggu cairan oli kembali,
Pada nampan mesin ataupun tangki hisap dan tampung yang disanding.
Pengelana itu menelusuri pasar, mencari penjual yang ingin membeli,
Tangkapannya.
Miris mengapa dari jauh ia tidak sempat untuk jadikan tangkapannya siap untuk disaji.
Penjelajah itu mencarikan rezeki untuk anak dan istri.
Lelah tidak pernah ia simak, dengar, amati, maupun dipirsanya.
Air mata dan peluh keringat,
Hanya sebagai pendingin wajah,
Agar tetap tersenyum,
Penuh sayang, penuh kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H