Jika konsep new normal yang heboh saat ini adalah benar-benar terjadi, dimana kita harus siap hidup dalam bayang-bayang virus corona, maka semua aspek kehidupan kita harus disesuaikan dengan protokol kesehatan penanggulangan penyebaran virus corona.Â
Seperti yang sudah diketahui, bahwa dalam masa pandemik virus ini kita dianjurkan untuk melakukan physical distancing secara ketat. Jaga jarak, memakai masker, sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, adalah hal-hal yang wajib kita terapkan dalam new normal live.
Demikian pula dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Langkah-langkah yang sesuai dengan ketentuan seperti yang disebutkan di atas akan menjadi bagian dalam penyelenggaraan pendidikan masa depan.Â
Setiap sekolah wajib memastikan bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah mampu melindungi kesehatan seluruh komponen yang ada di sekolah. Setiap sekolah wajib menjamin bahwa seluruh komponen di sekolah menerapkan aturan jaga jarak, memakai masker dan menyediakan sarana cuci tangan atau hand sanitizer.
Termasuk dalam kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah. Jika pada biasanya ada sekitar 30 sampai 40 siswa dalam satu kelas, maka pada new normal setiap kelas maksimal hanya akan diisi dengan 20 siswa saja.Â
Hal ini untuk menjamin keterlaksanaan aturan jaga jarak dalam setiap kelas. Walau hal ini akan membawa dampak pembengkakan anggaran yang sangat besar, namun harus bisa dilaksanakan untuk menjamin kesehatan semua unsur yang terlibat, terutama siswa itu sendiri.
Dampak langsung dari situasi ini adalah pengadaan ruang kelas baru sebanyak ruang kelas yang sudah ada. Hal ini tentu saja tidak dapat dilaksanakan secara spontan, butuh waktu bertahun-tahun bagi sekolah dan pemerintah sebagai penyedia sarana belajar untuk mengadakannya.Â
Menanggulangi hal ini, sekolah dapat melaksanakan pembelajaran dengan dua gelombang, yaitu pembelajaran pagi dan pembelajaran sore. Pemerintah juga bisa mengatasi hal ini dengan menyederhakan kurikulum, sehingga beban belajar menjadi lebih sedikit dan sistim pembelajaran di sekolah dapat digilirkan.
Dampak langsung yang kedua adalah penambahan jmeja siswa sebanyak meja siswa yang sudah ada. Hal ini harus dilakukan karena dalam pembelajaran biasa yang selama ini, satu meja digunakan oleh dua siswa.Â
Namun jika sekolah sudah menggunakan satu meja untuk siswa, tentu hal ini tidak berlaku. Begitu halnya dengan ketersediaan ruang kelas baru, dampak ini juga belum diperlukan ketika ruang kelas baru belum tersedia.
Dampak langsung yang ketiga adalah peningkatan beban mengajar guru menjadi dua kali lipat. Untuk sekolah-sekolah yang kelebihan guru, dampak ini juga tidak menjadi masalah yang berarti.Â