1. Kehendak Berkuasa Manusia
Menurut Nietzsche kehendak berkuasa manusia adalah pandangan bahwa setiap manusia harus melihat realita yang ada di sekitarnya. Kehendak untuk berkuasa ditujukan pada bagaimana orang mendominasi atau mengendalikan dirinya (Soenardi, 2011). Makna dari ini 5 adalah bahwa setiap kehendak merupakan tantangan antara diri dan dimana diri berada, oleh karena itu kekuatan akan berbenturan dan menjadikan kacau. Penjelasan tentang kekuasaan akan menjadi suatu gagasan yang tidak bisa dikatakan seseorang. Akan tetapi itu akan menjadi suatu yang selalu ada di setiap diri manusia yang hidup.
2. Moralitas Tuan, Moralitas Budak, dan Nihilisme
Menurut Nietzsche keyakinan Kristen dan Yahudi menjadikan masyarakat Eropa khususnya masyarakat Jerman menjadi kecil dan kerdil. Bangsa yang mayoritas penduduknya menganut tipe perbudakan, bangsanya adalah bangsa yang kecil dan terlipat serta tertindih oleh moral yang berada di atas. Hal ini menurut Nietzsche mereka memutar balikkan semau sistem nilai yang seharusnya berjalan. Segala hal yang hina, lemah, celaka, buruk, menderita dan membutuhkan sesuatu di luar diri adalah apa yang disebutkan sebagai hal yang baik. Menumbuhkan nilai untuk tetap berada di bawah Tuhan dalam segala kondisi, terus beribadah walaupun miskin, atau mensyukuri kemiskinan yang ada adalah suatu hal yang salah atau keliru menurut Nietzsche. Hal tersebut menurut Nietzsche termasuk dalam moralitas budak. Sedangkan Moralitas Tuan adalah suatu moralitas yang menciptakan nilai dan aturan sendiri, tidak tunduk pada apapun yang ada di luarnya. Mereka mempunya keinginan untuk memimpin dan mengarahkan hidup mereka sendiri terlepas dari apa pun yang di luar diri. Individu yang memiliki moralitas tuan akan mempunyai sikap yang mandiri dan menciptakan dan menahan diri menurut Nietzsche.
3. Kekembalian Yang Abadi
Nietzsche beranggapan bahwa tidak ada yang namanya kehidupan abstrak diluar kehidupan. Kehidupan yang terjadi adalah kehidupan yang sekarang, oleh karenanta kita harus menjadikan sekarang ini menjadi kehidupan yang baik. Sesuatu yang tumbuh di luar diri manusia harus di tolak dan membuat kehidupan menjadi indah serta menyenangkan. Menurut Nietzsche, inidvidu pada akhirnya akan kembali sebagai individu yang sama juga. Keyakinan ini adalah keyakinan yang muncul ketika individu melepaskan sepenuhnya kecenderungan entitas di luar diri manusia. Manusia akan kembali dan terus menjadi manusia yang sekarang. Hal ini dapat mendorong manusia menjadi baik dan terus menjadi baik untuk memperoleh kehidupan.
4. Ubermensch
Kematian Tuhan menjelaskan bahwa kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia telah menggambarkan suatu keadaan yang baru, yaitu keadaan dimana manusia tidak lagi membutuhkan Tuhan dalam hidupnya. Orang-orang telah mengambil posisi Tuhan dan berhasil menjelaskan bahwa posisi Tuhan sekarang adalah manusia yang dapat mengembangkan kekuatannya dan dapat hidup secara sendiri. The will to power adalah suatu gagasan yang ditujukan kepada tiap manusia yang hidup untuk mencapai keluhuran budi yang disebut dengan Übermensch. Ubermensch adalah pemikiran terakhir dari Nietzsche tentang kehidupan manusia. Dalam fase Ubermensch merupakan tahap ketika manusia telah mencapai tahap tertinggi dan tidaak dapat dikendalikan oleh siapapun. Nietzsche berpendapat tentang Ubermensch adalah manusia tertinggi di muka bumi (Arifin, 1987). Ubermensch memiliki artian secara lingustik sebagai terlalu baik (over goodness), terlalu penuh (over fullness), melebihi kebaikan (over goodness), abadi (over time), di atas pahlawan (over hero) atau di atas manusia (over human) atau manusia unggul di atas manusia (Nanuru, 2012).
Pemikiran tentang Ubermensch adalah cara manusia memberikna nilai untuk dirinya sendiri, hal ini membuat Nietzsche tidak mempercayai keyakinan tentang nilai absolut manusia dan dunia ini. Posisi Ubermensch pada pemikiran Nietzsche merupakan diskusi tentang suatu makna kehidupan. Konsep ini yang diajarkan dan dicontohkan oleh Nietzsche untuk kehidupan manusia. Melalui pemikiran Ubermensch, Nietzsche ingin mengajak manusia untuk mencoba hidup di dunia ini. Dalam pemikiran Nietzsche tentang Ubermensch, seorang pria bisa menjadi jembatan ketikan seluruh kehidupannya dipenuhi dengan keinginan berkuasa. Ubermensch adalah manusia baru yang mampu melepaskan diri dari sistem yang menahannya. Ubermensch adalah individu yang dapat mengatur dirinya sendiri, kuat, dan menjalani hidup dengan bebas.
KAITAN PEMIKIRAN NIETZSCHE DENGAN FENOMENA OKNUM USTADZ YANG MENYIMPANG DARI AJARAN AGAMA
Dalam kasus oknum ustadz yang melakukan tindakan penyimpangan pada ajaran agama tentu saja hal ini menjadikan perhatian khusus bagi suatu media dan masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang beragama Islam. Kasus pelanggaran yang dilakukan oknum ustadz dianggap menyimpang dari ajaran agama telah diliput dari berbagai media massa dari tahun ke tahun yang diantaranya adalah pencabulan/pemerkosaan yang dilakukan kepada murid, penipuan, provokasi antar umat beragama dan sebagainya. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa oknum ustadz tersebut memiliki pengikut yang berjumlah relatif banyak, banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya ada yang memiliki kepercayaan bahwa ustadz adalah figur yang mempunyai ilmu agama yang mumpuni dan mampu membimbing religius. Oleh karenanya, tidak sedikit oknum ustadz yang memanfaatkan hal itu atas nama agama dan menarik banyak pengikut.