Tahun 2020 menjadi tahun yang jauh dari apa yang sudah di rencanakan. Pandemi mengubah segala hal termasuk rencana dan harapan. 2020 menjadi tahun yang berbeda di hidup saya, di sisi lain kita semua berduka atas pandemic di sisi lain saya masih terus mencoba memahami diri sendiri, menemukan jati diri dan mencintai diri sendiri.Â
Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh ambisi bagi saya, terus mencari mengejar materi tetapi yang kutemukan hanya kekosongan dan hamparan gersang. Ternyata saya sadar semua tak segalanya tentang materi tetapi apa yang lebih dari sekadar materi.
Judul di atas mungkin klise atau sudah sering kalian dengar, entah itu perkataan teman, orang tua, ceramah pengajian, bahkan media sosial. Saat ini dunia sedang digencar-gencarkan bentuk mencintai diri sendiri (self-love). Bentuk mencintai diri sendiri juga sangat beragam. Salah satunya adalah yang saya tulis di judul.
Berharap adalah memiliki keinginan dan bayangan agar sesuatu hal bisa terjadi. Berharap bisa dengan hal apa saja, misalnya berharap dengan hasil kerja yang kita lakukan, bahkan berharap kepada orang lain. Berharap pada manusia artinya memiliki harapan atau expectations terhadap manusia lainnya.
Berharap kepada manusia adalah suatu tindakan yang jarang diperbolehkan, mengapa? Karena masing-masing orang memiliki harapan dan keinginan yang berbeda-beda, sehingga sulit bagi semua orang untuk menyamaratakan keinginan mereka menjadi satu. Terlebih lagi ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai kenyataan yang terjadi hanya kekecewaan.
Tanpa sadar kita sering menggantungkan pada orang lain. Terkadang kita melakukan sesuatu yang menurut kita sendiri akan dan sudah cukup untuk membuat orang lain senang.Â
Contoh kecilnya misalkan kita sedang di warung penjual jus. Saat kamu membeli jus dan kamu tahu bahwa temanmu ingin membelinya juga tetapi tidak punya uang. Kamu berinisiatif membelikanya, sementara dia menginginkan rasa cokelat tetapi kamu malah membelikanya rasa melon. Apakah dia senang?Â
Tentu saja senang, namun disisi lain ada kekecewaan, pun kamu---yang sudah inisiatif membelikannya. Kamu berharap orang tersebut akan senang karena kamu sudah mengabulkan apa yang ia inginkan, namun ternyata masih kurang sempurna sehingga kamu kecewa.
Lalu bagaimanakah seharusnya? Tentu kita sangat boleh berharap. Harapanlah yang membuat kita hidup dan senantiasa berusaha utuk mencapai harapan itu.Â
Akan tetapi, apakah kita sudah sepenuhnya yakin dan percaya bahwa sebaik-baiknya harapan hanyalah kepada Allah? Apakah tidak boleh berharap kepada manusia?Â