Mohon tunggu...
Yusuf Niwa
Yusuf Niwa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih Belajar membaca dan menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Program Pencitraan Paling ‘JUJUR’ untuk Memenangkan Pemilu

28 Januari 2014   20:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya saya enggan menuliskan sesuatu yang berbau-bau politik jelang bulan panas pemilu April mendatang. Tapi ketika headline-headline media massa senantiasa menggembor-gemborkan berita pemilu secara massif dan kontinyu tak kenal lelah, tangan saya terasa gatal untuk menuliskan kegamangan saya yang terakumulasi selama ini. Antara kampanye dan pencitraan...

Jelang pemilu 2014 suhu politik kian memanas. Perang isu, perang duit, sampai perang pencitraan menjadi halal dijalankan tak pandang etika dan pertimbangan moril yang menyertainya. Bahkan pencitraan pun masih sempat-sempatnya dilakukan di tengah genangan bencana di bumi pertiwi. Syahdan, bahkan kemanusiaan pun seakan rela dipolitisasi. Saya tidak sedang mengatakan ketidaksetujuan saya pada bantuan yang diberikan pada para korban bencana lho. Yang saya sayangkan lebih ke atribut parpol yang diikutsertakan dalam pemberian bantuan itu. Opo yo ikhlas? (urusan Yang Maha Tahu).

Saya jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya yang diperjuangkan oleh para partai politik negeri ini? Saat saya SMA kalau tidak salah ingat di pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, salah satu tugas parpol adalah menjembatani aspirasi antara rakyat dan pemerintah. Secara umum parpol difungsikan untuk untuk berdiri di belakang rakyat, memperjuangkan hak-hak rakyat yang nantinya diimplementasikan dalam kebijakan pemerintah. Karena itu, sudah semestinya setiap parpol yang jumlahnya bejibun di negeri ini berlandaskan pada asas PRO-RAKYAT. Berjuang demi kesejahteraan rakyat.

Pertanyaannya, berapa banyak partai politik yang mendirikan sekolah untuk daerah-daerah pelosok yang akses pendidikannya sangat terbatas? Berapa banyak parpol yang rela menyisihkan anggarannya untuk mendirikan layanan kesehatan bagi warga tak mampu di daerahnya? Dan berapa banyak parpol yang mengalihkan biaya kampanye untuk membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang tengah ditimpa bencana alam? Saya yakin ada, meski keberadaannya tidak terekspos media massa. Entahlah.

Terdengar terlalu klise memang, melihat begitu banyak parpol yang berlomba-lomba menjalani ritus kampanye dengan gelontoran dana milyaran rupiah di tengah geliat kemiskinan dan bencana yang tak kunjung teratasi. Ada juga yang sampai belepotan pakai pelicin ala money politic untuk mendongkrak elektabilitas. Padahal kalau mau jujur, justru kondisi bangsa kita yang serba carut-marut dan serba kekurangan ini dapat ‘dimanfaatkan’ sebagai media kampanye yang efektif. Lho, kok bisa?

Pernahkah kita membayangkan sebuah parpol yang menggalang dana, mengalokasikan anggaran milyaran rupiah untuk membangun gedung rumah sakit dan menyediakan layanan kesehatan di daerah terpencil? Mendirikan sekolah-sekolah swasta atau minimal memberi bantuan renovasi pada ribuan gedung sekolah yang rusak di tanah air? Parpol yang benar-benar kompeten dan mendedikasikan diri memperjuangkan rakyat. Coba bayangkan bagaimana respek yang akan diterima masyarakat luas terhadap parpol yang bertindak nyata seperti itu? Bukankah cara semacam itu akan jauh lebih efektif untuk menarik simpati dari segenap penjuru Sabang-Merauke?

Tak perlu gelontoran milyaran rupiah sekedar untuk membuat ratusan ribu baliho dengan foto narsis hasil editan studio terkemuka. Tak perlu bagi-bagi nasi bungkus apalagi uang tunai berstempel khusus untuk mengerek elektabilitas. Tak perlu menjadi kepala daerah yan rajin diekspos media massa dengan kinerja yang mengundang decak kagum. Bahkan tak perlu memiliki media massa sendiri untuk sekedar membuat pencitraan positif di mata masyarakat. Jadi, kalau mau jujur, TINDAKAN-TINDAKAN NYATA itulah yang pasti akan jauh lebih efektif untuk mengerek elektabilitas parpol di masa pemilu.

Syahdan, ada sih organisasi-organisasi yang memang secara langsung ikut serta dalam pembangunan negara. Organsasi-organisasi macam ini punya sekolah, punya rumah sakit, punya tempat ibadah, sampai perguruan tinggi terkemuka. Tapi sayangnya, mungkin organisasi ini tak akan pernah mau turut campur dalam hingar bingar perpolitikan negeri ini yang entah semakin jujur atau semakin amburadul. Entahlah, mungkin suatu saat. Saat dunia perpolitikan kita telah menemukan “jalan kesembuhannya.” CMIIW.

Salam,

(dan) Selamat menunaikan pesta demokrasi bagi yang berminat menunaikannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun