Mohon tunggu...
Yusuf Maulana Putra
Yusuf Maulana Putra Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang petualang dan penggiat alam bebas yang relijius dan pengamal PANCASILA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Masyarakat Paling Sabar di Dunia

26 Juli 2012   19:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:35 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin di seluruh dunia ini hanyalah masyarakat Indonesia yang secara konotatif dapat dikatakan sabar. Meski telah berulang kali di zalimi, tetapi berulang kali juga masyarakat Indonesia masih tetap membukakan pintu maaf kepada semua orang yang telah secara tegas dan gamblang menzaliminya.

Jika ditilik lebih dalam, kesabaran yang melekat dalam masyarakat Indonesia memang sudah terpupuk sejak lama sekali. Bahkan hal tersebut sudah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu, dan masih berlangsung hingga saat ini, meskipun zaman telah berubah secara drastis.

Sudah sepantasnya masyarakat Indonesia patut diberi apresiasi atas kesabaran tersebut. Bagaimana tidak, setelah selama 3,5 abad bangsa ini harus berada dalam zona kesabaran atas semua kezaliman dan kelaliman yang dilakukan kaum imperialis barat. Selama itu juga, batas kesabaran hampir seluruh masyarakat Indonesia benar-benar telah mencapai ubun-ubun di seluruh elemen bangsa, sehingga menciptakan pergolakkan secara sporadis dan besar-besaran untuk melawan penjajah di tanah air.

Bahkan, meskipun telah terlepas dari cengkraman maut para kaum imperialis barat. Dan meskipun bangsa ini telah mampu meraih hak kemerdekaan secara utuh. Tetapi bangsa ini masih saja diharuskan untuk menghadapi pelbagai cobaan-cobaan yang mengharuskan kembali seluruh rakyat di negeri ini untuk mengedepankan aspek kesabaran.

Lihat saja bagaimana permasalahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang masih saja merundung negeri ini. Seakan akan hal tersebut telah menjadi makanan sehari-hari dan porsi wajib bagi masyarakat Indonesia. Pemberitaan di media massa selalu terus menerus memuat perihal ulah dan perilaku yang selalu menzalimi rakyat Indonesia. Namun, bagaimana kondisi rakyat kita? Masih tetap berasabar saja, itulah jawaban yang tepat.

Sabar atau Terbodohi ?

Timbul sebuah pertanyaan yang cukup mengelitik. Apakah rakyat Indonesia itu memang benar-benar tipikal orang-orang yang sabar, ataukah rakyat Indonesia hanyalah korban yang  terbodohi?  Jika memang tipikal rakyat Indonesia yang sabar, mengapa masih saja aspek kesabaran tersebut di gunakan? padahal tingkat kesabaran itu juga ada batasannya.

Lantas, jika memang masyarakat Indonesia tidak bertipikal dan tidak berkarakter individu yang penyabar, mengapa sampai saat ini masyarakat Indonesia masih saja memberikan kesempatan kepada mereka-mereka yang masih menzalimi? Kalau bukan terbodohi, apa sandangan yang patut di berikan?

Rupanya masyarakat Indonesia masih terjebak kedalam dua hal tersebut. Karena batasan antara penyabar dan terbodohi sangatlah tipis. Seringkali kita sangat susah untuk menyekatkan keduanya. Lantas, apakah sebenarnya yang sangat mempengaruhi pola dan perilaku masyarakat Indonesia yang bisa dikatakan sangat-sangat sabar?

Adat ketimuran yang kental melekat di hampir seluruh elemen masyarakat Indonesia, diindikasikan menjadikan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap tipikal sabar orang Indonesia.

Karena adat ketimuran Indonesia sangat menjunjung tinggi aspek nilai-nilai sopan santun dari pemurnian nilai-nilai agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga membuat tingkat kesabaran masyarakat Indonesia sangatlah lebih tinggi ketimbang orang-orang eropa, arab, ataupun orang-orang ras kuning.

Walau bagaimanapun, kesabaran itu ada batasannya. Oleh karenanya,  jangan jadikan aspek kesabaran sebagai pemaaf bagi seluruh tindakan amoral seperti KKN dan kriminalitas lainnya. Terutama di bulan suci ramadhan ini, dimana aspek kesabaran sangat di kedepankan. Sehingga, upaya-upaya untuk mengarahkan kembali negara ini kedalam jalur yang benar dapat dibarengi dengan usaha untuk menjalankan ibadah (sabar).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun