Di antara foto-foto keberanian dan kedisiplinan pengendara sepeda ini dalam mengingatkan sesama pengguna jalanan Yogyakarta, saya tertarik pada dua di bawah ini. Bahasa tubuh orang yang diingatkan menarik disaksamai. Bagaimana kekuasaan, simbol, persepsi, dan uang diterapkan.
Pertama, wajah polisi (perempuan) pengawal. Lihat mimik dan arah mata memandang! Bibirnya membentuk rasa muak, malu, bercampur salah.
Kedua, pria berhelm (panitia?). Genggaman tangannya ungkapkan tingkat kekuasaan dan amarah. Letak jempol yang memisahkan diri dalam posisi "siap" sungguh sesuatu banget. Dagu pria ini ditambah katupan bibir bermakna ejekan tiada sungkan dihadirkan meski coba bersabar.Â
Selain si penyepeda (Elanto Wijoyono), salut buat pengambil foto. Kesengajaan untuk membidik bahasa tubuh pengendara motor gede diam-diam disandingkan dengan ikon materi. Lihat! Polisi di bawah naungan latar baliho 2 miliar! Dan Oom panitia Moge dinaungi latar Salon Wanita luks! Gahar tampilan tapi cemen mentalnya. Begitu diam-diam pesan mat kodak kagetan di momen Sabtu akhir Syawal ini. Adapun si pahlawan kita, dia dilatari perusahaan batik. Eksotisme, tradisi, keramahan dan kearifan Yogya. Cerdas!
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI