Mohon tunggu...
Yusuf Lauma
Yusuf Lauma Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pekerja lepas

Bekerja lepas bukan ASN berkecimpung di masyarakat pemerhati masalah keluarga dan anak, menyukai sosiologi, dan suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pakaian Manusia

23 September 2024   10:20 Diperbarui: 23 September 2024   10:33 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pakaian, dalam Islam, bukan hanya sekadar penutup tubuh, tetapi juga merupakan simbol kehormatan dan kemuliaan. Berpakaian rapi dan menutup aurat adalah bagian dari adab yang dianjurkan oleh agama, tidak hanya untuk menjaga kesucian diri, tetapi juga sebagai penghormatan terhadap nilai-nilai moral yang telah ditetapkan oleh Allah. Salah satu bentuk kenikmatan yang diberikan Allah kepada manusia adalah pakaian, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, surah Taha ayat 118:
*"Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalamnya (surga) dan tidak akan telanjang."* Ayat ini menegaskan bahwa di surga, tidak ada kelaparan dan tidak ada keadaan telanjang. Ini menunjukkan bahwa telanjang adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kemuliaan manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

### Pakaian: Antara Dunia dan Akhirat
Dalam kehidupan dunia, pakaian memiliki fungsi ganda: pertama, sebagai pelindung tubuh dari cuaca dan lingkungan, dan kedua, sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain. Di dunia, terdapat berbagai hal yang diharamkan oleh Allah, seperti mengonsumsi khamar (minuman keras). Namun, beberapa di antaranya akan dihalalkan di akhirat sebagai bagian dari kenikmatan yang tak terbatas. Berbeda dengan itu, ada satu hal yang tetap diharamkan di dunia maupun di akhirat, yaitu telanjang atau mengumbar aurat.

Tabarruj, atau memperlihatkan aurat dengan sengaja, adalah tindakan yang dilarang dalam Islam. Bagi wanita, batasan aurat lebih luas dibandingkan dengan pria, dan syariat mengatur dengan jelas cara berpakaian yang sesuai. Namun, tak hanya wanita yang diperintahkan untuk menjaga aurat; pria pun memiliki kewajiban yang sama, meski dalam cakupan yang berbeda.

### Telanjang: Simbol Kehinaan
Telanjang atau mengumbar aurat, dalam Islam, dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap martabat manusia. Allah menjadikan manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dengan akal dan pakaian. Oleh karena itu, tindakan mempertontonkan aurat atau berpakaian secara tidak pantas dianggap merendahkan anugerah yang telah Allah berikan. Bahkan, di akhirat, ketika segala bentuk kenikmatan diizinkan, tetap saja telanjang adalah sesuatu yang tidak akan terjadi, karena tidak sesuai dengan fitrah manusia yang seharusnya mulia dan terhormat.

### Pakaian di Surga: Bagian dari Kenikmatan Abadi
Dalam surga, Allah telah menyediakan segala bentuk kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di hati manusia. Salah satu kenikmatan itu adalah pakaian yang indah, yang tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh, tetapi juga sebagai simbol kemuliaan penghuni surga.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Insan ayat 21:
*"Mereka mengenakan pakaian sutera halus berwarna hijau dan sutera tebal."* Ini menunjukkan bahwa pakaian di surga adalah bentuk kenikmatan yang sangat tinggi, jauh dari sekadar fungsi pelindung tubuh, melainkan simbol kebesaran dan rahmat Allah yang tak terbatas bagi hamba-hamba-Nya yang taat.

### Menjaga Busana di Dunia: Bentuk Ketaatan
Bagi seorang muslim, menjaga aurat dan berpakaian sesuai syariat adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Hal ini bukan sekadar perintah agama yang kaku, melainkan juga cara untuk melindungi kehormatan dan martabat diri. Seperti halnya di dunia, di mana pakaian menjadi salah satu penanda status sosial dan kebersihan, dalam perspektif Islam, pakaian adalah penanda ketaatan dan kecintaan kepada Allah.

Menutup aurat dan berpakaian sopan adalah perintah Allah yang jelas dalam Al-Qur'an dan hadits. Tidak ada tempat bagi perilaku yang mengumbar aurat di dunia maupun di akhirat, karena Allah menciptakan manusia untuk dihormati, bukan untuk dipertontonkan dengan cara yang merendahkan martabat.

### Kesimpulan
Pakaian bukan sekadar kain yang menutupi tubuh, tetapi juga simbol kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Di dunia, menjaga aurat dan berpakaian sesuai syariat adalah bentuk ketaatan yang mencerminkan kecintaan kepada Allah. Di akhirat, pakaian akan menjadi salah satu kenikmatan yang menyempurnakan kebahagiaan penghuni surga. Sebagai muslim, menjaga busana yang sesuai dengan ajaran Islam adalah bagian dari menjaga martabat dan kehormatan diri, baik di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga aurat dan berpakaian dengan sopan, karena di balik setiap helai kain yang kita kenakan, terdapat rahmat dan perlindungan dari Allah yang tak ternilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun