Apa itu centang-perenang?
Sebuah kata sifat. Â Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya: tidak beraturan letaknya (malang melintang dsb); porak-parik; berantakan.
Mengapa penulis menjadikan Centang-perenang menjadi bagian judul tulisan ini? Gara-garanya ada dua.
Yang pertama. Pulang kerja sore tadi, penulis menumpang mobil teman karena sedang tidak bawa mobil. Â Kebetulan kami searah jalan pulang. Jasa mobil sewa online sedang susah di order karena hujan dan macet yang mengular. Tawarannya untuk pulang bareng amat menggiurkan. Sebelumnya, penulis tak pernah menumpang mobilnya.
Namun, ketika baru masuk ke dalam mobilnya, penulis seketika istigfar dalam hati. Mobil kawan penulis dalamnya seperti kapal pecah. Buku dan tumpukan berkas dokumen berserakan di jok belakang. Jadi satu dengan dua potong kaos bekas pakai. Ada juga sebelah kaos kaki yang terpisah dari pasangannya di lantai mobilnya.
Tempat sampah di mobilnya juga luber. Ada tissue dan masker bekas yang menyembul keluar. Belum lagi ada bekas plastik makanan kemasan dan potongan kertas yang dibiarkan terselip di beberapa bagian kantong door trim pintu mobilnya. Alamaak.
Yang paling nyebelin, ada sebuah puntung rokok di lantai persis di bawah tempat duduk penulis, di sampingnya. Walau sama-sama perokok, kayaknya penulis tidak segila dia, dah. Merokok di dalam mobil.
Intinya bagian dalam mobil kawan penulis berantakan atau centang-perenang. Padahal mobilnya SUV yang harganya di atas 600 juta. Kebayang dong, mereknya apa.
Penulis ingin menegurnya. Tapi orang numpang, kok protes dan khotbah. Tapi sepertinya dia sadar kalau penulis merasa tak nyaman. Mungkin dari gestur plirak-plirik mata penulis.
"Maaf yah, mobil gue berantakan. Belum sempat nyuci dan beresin," katanya. Tapi menurut penulis, ini sih bukan belum sempat tapi sudah tabiat, karena berantakannya disertai aroma mobil yang kurang segar ketika AC mulai dinyalakan. Untung penulis masih tertib pakai masker.